Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Kasus KDRT Sadis, Begini Penjelasan Psikolog...

Kompas.com - 22/02/2019, 19:44 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah kabar kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) muncul kembali sejak awal 2019. Bahkan, sejumlah peristiwa KDRT banyak yang berakhir menjadi tragedi.

Ada kisah mengenai suami menganiaya istri karena emosi yang terpendam sejak dua tahun. Kemudian, ada cerita tentang istri yang tengah mengandung namun ditusuk berkali-kali oleh suami.

Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Hening Widyastuti, menjelaskan bahwa kekerasan itu bisa disebabkan atas banyak faktor. Hal paling dominan adalah faktor ekonomi dan perasaan cemburu.

"Penyebab utama pembunuhan terhadap anggota keluarga (pasangan) biasanya dipicu karena faktor ekonomi dan kecemburuan. Sebelumnya, biasanya ada masalah yang berlarut dan bertumpuk," ujar Hening, dihubungi Kompas.com pada Jumat (22/2/2019).

Menurut Hening, adanya kekerasan hingga melukai pasangan ini karena kurangnya waktu untuk meluangkan diri kepada pasangan sembari mencari solusi atas masalah yang ada.

"Setiap masalah harus segera dicari solusinya, jangan ditumpuk karena akan membebani hati dan pikiran yang memicu stres dan depresi," ujar Hening.

Tak hanya itu, ada juga kasus KDRT hingga terjadi bunuh diri bersama seluruh anggota keluarga. Hening menilai kejadian itu dapat terjadi karena gangguan serius.

Hening mengatakan bahwa penyebab utama seseorang melakukan bunuh diri karena hilangnya harapan akan kehidupan yang lebih baik, atau tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

"Kehidupan orang-orang yang melakukan bunuh diri biasanya jauh dari aktivitas-aktivitas spiritual keagamaan," ujar Hening.

Selain itu, ada juga faktor yang dimungkinkan mempengaruhi perilaku dan pemikiran dari si pelaku untuk mengendalikan emosinya.

Hening mengungkapkan bahwa faktor eksternal bisa saja menjadi penyebab pelaku melakukan tindak kekerasan, misalnya dari sosial media atau tayangan acara televisi yang mempertontonkan tindak kekerasan.

Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pencegahan agar pasangan suami-istri (pasutri) bisa menjalani kehidupannya dengan lebih harmonis.

Pertama, didik keluarga kita dengan kebiasaan yang hangat dan menjalin komunikasi yang baik. Tanamkan spiritual sejak dini dan juga beri teladan yang positif.

Kedua, agar menjauhi tayangan-tayangan televisi/media sosial/pergaulan yang bisa mengikis norma-norma yang telah tertanam, baik norma sosial, norma agama, maupun norma kemanusiaan.

Ketiga, peduli dengan lingkungan sekitar, seperti memberi perhatian kepada tetangga atau teman-teman dekat dan juga perbanyak pertemuan rutin antar-warga.

Adapun kedekatan dengan lingkungan sekitar disinyalir sebagai pertolongan jika ada perilaku meyimpang bisa diselesaikan atau dideteksi sejak dini.

Selanjutnya, bergaul dengan orang-orang yang beraktivitas positif dan orang-orang yang memiliki kebiasaan hidup sehat dan bahagia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com