Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anakku Bukan Maling..."

Kompas.com - 22/02/2019, 16:30 WIB
Caroline Damanik

Editor

MEDAN, KOMPAS.com — PS (62) meneteskan air mata ketika ditemui di rumahnya di Jalan Perjuangan di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan, Sumatera Utara.

Tubuhnya bergetar saat mengingat peristiwa yang merenggut nyawa anaknya, SS (21). Dia bercerita bahwa batinnya bergejolak dan kesal atas arogansi massa yang menuding anaknya sebagai pelaku pencurian.

Pria berambut putih ini masih terpukul atas peristiwa yang merenggut nyawa anaknya. Beberapa kali dia pun menggerakkan tongkatnya karena rasa kalutnya.

"Kecewa aku, kecewa. Kalau bisa (dia) kembali, ya Allah," ucapnya seraya menyeka air matanya di rumah duka, Kamis (21/2/2019).

Dia pun mencoba tegar dengan mengisap sebatang rokok, tetapi air matanya kembali menetes saat dia mencoba menceritakan tentang anaknya.

"Anakku bukan maling. Saat itu, dia pergi sama temannya. Kayak bukan manusia mereka buat anakku itu sama temannya," ujar lirih.

Baca juga: Diduga Curi Helm, Dua Pria Dihajar Massa hingga Tewas di Unimed

Dia mengutarakan bahwa anaknya pergi ke Kampus Unimed bukan untuk mencuri, melainkan untuk berenang dan bertemu temannya. Kampus Unimed memang memiliki kolam renang yang dibuka untuk umum.

"Mereka kan mau berenang dan ketemuan sama kawan perempuannya," ucapnya.

Pria yang mengaku sebagai mantan polisi ini menuturkan bahwa berdasarkan cerita yang diterimanya, kejadian yang menimpa anaknya tersebut berawal saat keduanya hendak keluar dari Unimed tetapi tidak membawa STNK sepeda motornya.

Sesuai aturan yang berlaku di Unimed, mereka harus ditahan jika tidak membawa STNK. Sebelum bisa menunjukkan STNK, mereka tidak diperbolehkan pergi.

"Jadi info yang kami terima, saat itu JPS menelepon istrinya yang tengah hamil besar untuk mengantarkan STNK beserta BPKB," ujarnya.

Saat menunggu STNK diantarkan istri JPS, keduanya diteriaki sebagai maling helm dan langsung digebuki satpam dan mahasiswa yang ada di kampus.

"Sementara saat kejadian, mereka tidak membawa helm tiba-tiba ada helm. Ini kan pengalihan atau mengambinghitamkan anak saya," ungkap PS.

Setelah kejadian, lanjutnya, mereka sudah membuat laporan ke Polsek Percutseituan, Rabu (20/2/2019) sekitar pukul 02.00. Namun, saat membuat laporan, mereka seperti tidak dianggap polisi.

"Masa kami disuruh buat laporan besok. Kan tidak benar, sementara anak saya sudah tiada. Setelah sempat ribut, akhirnya selesailah buat laporan malam itu juga," ujarnya.

Karena merasa seperti dipersulit, pria ini mengutarakan bahwa kinerja polisi sekarang jelek jika dibandingkan saat dia masih bertugas dulu.

"Saya pensiunan polisi. Saya 2015 terakhir bertugas. Saya juga sempat jadi guru di SPN Sampali. Saya terakhir pangkat aiptu. Saya juga dulu bertugas di Polres Labuhanbatu," ujarnya.

"Jika ada kasus pembunuhan, cepat kami tangani. Janganlah seperti ini," ujarnya.

JPS dan SS tewas setelah diamuk massa karena diduga mencuri helm di Kampus Unimed, Jalan Selamat Ketaren/Pasar V Timur, Desa Medan Estate, Selasa (19/2/2019) sore.

Menurut Kapolsek Percutseituan Kompol Faidil Zikri, dari pengakuan korban yang kehilangan helm, aksi pengeroyokan tersebut berawal ketika sepasang mahasiswa yang olahraga di Unimed hendak pulang ke rumah. Mereka pun ke tempat parkir dan mendapati helm mereka hilang.

Kemudian keduanya diarahkan ke satpam yang baru saja menangkap dua terduga maling helm. Kemudian keduanya mendapati helm mereka diambil kedua orang yang sudah dikeroyok massa.

M Surip dari Humas Unimed membenarkan peristiwa tersebut terjadi di kampusnya pada Selasa petang.

"Ada dua pelaku curanmor dihakimi massa di kampus. Infonya, beberapa petugas keamanan dan beberapa mahasiswa sudah mengintai dua pelaku untuk bisa menangkap tangan curanmor," katanya.

"Mereka ketangkap tangan mencuri motor dan helm. Karena di kampus sudah sering motor mahasiswa dan pegawai hilang. Jadi para mahasiswa serta petugas keamanan sudah sangat geram," katanya.

Saat hendak kabur, di pintu keluar mereka sudah ditunggu petugas keamanan serta sejumlah mahasiswa.

"Petugas keamanan dengan cepat melapor polisi dan berupaya mengamankan pelaku agar tidak terus dihakimi massa, tapi masa mahasiswa tak terbendung. Saat polisi datang, pelaku langsung dibawa ke RS oleh Polisi Percutseituan," kata Surip.

 

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Pengakuan Keluarga Korban yang Tewas Setelah Dihajar Satpam Unimed, Datang ke Unimed Untuk Berenang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com