“Tidak penting berapa pendapatan saya. Yang terpenting adalah bagaimana saya bisa membuka lapangan pekerjaan,” ujar Bagas.
Bagas pun hanya mensyaratkan beberapa hal bagi para pencari pekerjaan tersebut, yaitu jujur dan mau bekerja keras.
"Hanya itu syarat yang saya berlakukan. Tidak penting dari kalangan mana. Siapa pun boleh bekerja di sini yang penting memenuhi syarat itu," katanya.
Baca Juga: Harga Sayur Kol Anjlok Drastis, Petani di Magetan Enggan Memanen
Kisah perjuangan Bagas dari kehidupan terpuruk menjadi petani sukses menginspirasi banyak orang, apalagi setelah kisahnya itu muncul di media asal Inggris, BBC.
"Banyak orang yang menghubungi saya, baik melalui WhatsApp maupun media sosial," katanya.
Hampir setiap hari Bagas kerap dihubungi banyak orang, dari mulai ingin belajar bertani, mengajak kerja sama, hingga sekadar kagum.
"Kalau ada yang ingin belajar, saya sangat terbuka. Siapa pun boleh datang," katanya.
Bagas pun berpesan kepada para generasi muda untuk tidak melupakan pekerjaan petani.
"Bertani itu sentral hidup banyak orang. Bayangkan saja kalau petani mogok, nanti orang makan apa," kata Bagas.
Baca Juga: [BERITA POPULER] Ricuh Gara-gara "Lahan Prabowo" | Usia 21 Tahun Jualan Gethuk, Omzet Rp 2,2 Miliar
Sumber: KOMPAS.com (Farid Assifa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.