Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kisah di Balik Balita Korban Puting Beliung yang Digendong Ridwan Kamil

Kompas.com - 20/02/2019, 06:00 WIB
Aam Aminullah,
Khairina

Tim Redaksi

Puting beliung sebabkan tanggul jebol

Selain merusak ratusan rumah milik warga, bencana angin puting beliung juga menyebabkan tanggul batas antara perumahan dengan pemukiman warga sekitar jebol.

Sejak saat itu, tiap hujan turun, Perumahan Rancaekek Permai 2 kerap diterjang banjir bandang.

"Puncaknya, banjir besar setinggi paha orang dewasa terjadi pada 11 Februari kemarin. Persis sebulan setelah angin puting beliung menjebol tanggul batas perum dengan lingkungan warga sekitar," terangnya.

Memang, kata Listiani, hampir tiap tahun, banjir kerap melanda Perum Rancaekek Permai 2.

Baca juga: Puluhan Rumah di Sukoharjo Rusak Diterjang Angin Puting Beliung

Namun, kata Listiani, pascatanggul jebol itu, banjir bandang kerap terjadi dan merendam perumahan warga, khususnya di Blok C RT 04 RW 23.

"Karena di sini saluran drainasenya enggak jalan, jadi tiap banjir lama surutnya. Apalagi kalau cuaca enggak panas. Kalau Kahatex banjir saja, karena tanggul jebol itu, semua air masuk ke perumahan kami," jelasnya.

Listiani dan warga lainnya saat KOMPAS.com tiba di lokasi, yakni Rahmat Setiawan (42) warga Blok C 17 Nomor 7, dan Ari Wibowo (32), warga Blok C10 Nomor 25 berharap pemerintah dapat meringankan beban mereka. Khususnya, untuk perbaikan rumah.

Apalagi, kata Listiani, dia punya 4 orang anak yang saat ini harus dibiayai. Khususnya ketiga orang anaknya yang masih duduk di bangku sekolah.

"Anak saya yang pertama Muhammad Agi (17) sekarang sekolah di SMK 6 Bandung. Yang kedua, Nurdiansyah (15) kelas 3 SMPN 3 Rancaekek, dan Afdal Danurwari (10) sekarang kelas 4 di SDN Ciherang masih butuh biaya sekolah. Apalagi saya masih punya si bungsu, Rafiski Haikal (5 bulan), yang viral karena digendong Pak Gubernur," keluhnya.

Listiani mengaku tidak sanggup untuk menyelesaikan membangun kembali rumahnya yang rusak parah.

"Iya sekarang juga sudah habis, enggak punya uang lagi buat bangun rumah. Selama rumah kami belum teduh lagi, mungkin sementara tetap tinggal di rumah adik ipar saya. Jadi kami sangat berharap ada bantuan dari pihak manapun, khsususnya dari pemerintah," katanya lagi.

Warga lainnya, Rahmat Setiawan mengaku hal yang sama.

Menurutnya, untuk memperbaiki rumahnya, saat ini hanya mengandalkan dana pribadi, seadanya.

"Kemarin dapat bantuan hanya Rp100.000 dan beberapa lembar asbes. Sisanya, kami sendiri yang harus keluarkan dana. Tapi tentunya, dengan berbagai kebutuhan sehari-hari lainnya tidak mencukupi," katanya.

Tentunya, kata Rahmat, bantuan dari pemerintah sangat dinantikan.

"Kami juga berharap tanggul jebol yang rusak akibat angin puting beliung bisa segera diperbaiki pemerintah. Karena, akibat tanggul jebol itu, tiap hujan, banjir datang dan hidup kami makin susah. Kami juga berharap agar pemerintah dapat memasilitasi perbaikan saluran drainase di perumahan kami ini, selama saluran drainasenya buruk seperti sekarang, air banjir saat hujan susah surut," katanya.

 

Kompas TV Sejumlah bangunan di Jember, Jawa Timur, rusak setelah diguyur hujan disertai angin kencang. Angin juga menumbangkan sejumlah pohoh, hingga menyebabkan kemacetan. Peristiwa puting beliung disertai hujan deras di Desa Ajung, Kecamatan Ajung, Jember, Jawa Timur, Sabtu (16/2) petang, menyita perhatian warga. Gudang penyimpanan dan pengeringan tembakau rusak parah. Material bangunan gudang roboh. Akibatnya, 20 ton tembakau yang masih dalam proses pengeringan, basah kehujanan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com