Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melasti, Umat Hindu Diajak Menjaga Kedamaian Memasuki Tahun Politik

Kompas.com - 19/02/2019, 17:42 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi


YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Rangkaian upacara Nyepi Tahun Baru Caka 1941 yang dirayakan oleh umat Hindu di Yogyakarta, pada 17 Maret 2019 mendatang, diawali dengan upacara Melasti.

Ribuan umat Hindu dari berbagai wilayah di Yogyakarta, dan sebagian Jawa Tengah melaksanakan upacara Melasti di Pantai Ngobaran, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul, Selasa (19/2/2019).

Upacara Melasti merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi yang bertujuan untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan Nyepi.

Diawali arak-arakan gunungan, uba rampe (sesembahan) dan pura mini yang disebut pratima dari parkiran Pantai Ngobaran menuju ke tempat upacara yang berada di tepi pantai dengan diiringi mantra suci dan kidung suci.

Rombongan pembawa gunungan, sesembahan, dan pratima ini dipimpin oleh seorang wasi.

Baca juga: Khidmat Melasti Umat Hindu di Lereng Gunung Merbabu

Di pelataran Pantai Ngobaran, kelompok pawai diberikan percikan air yang berada di dalam kendi kecil dengan menggunakan janur. Memasuki pelataran, gunungan ditata pada bagian depan panggung.

Persembahan itu diberikan dari 15 pura yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Meski demikian, umat Hindu datang dari berbagai wilayah di DIY dan sebagian Jawa Tengah.

"Dari seluruh pura yang ada di Gunungkidul untuk bersama-sama dilarung di Pantai Ngobaran untuk menyucikan alam semesta," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Gunungkidul, Purwanto di Pantai Ngobaran, Selasa.

Pemilihan Pantai Ngobaran sebagai lokasi pelaksanaan upacara Melasti ini, menurut Purwanto, karena memiliki atmosfer spiritual dan sejarah yang cukup kuat.

Pantai Ngobaran merupakan tempat Prabu Brawijaya V yang juga Raja Majapahit untuk melakukan tapa brata, dan memutuskan menjadi pertapa.

Selesai labuhan, rangkaian upacara Melasti dilanjutkan dengan grebeg gunungan yang berisi segala hasil bumi. Ratusan warga serta umat Hindu ikut berebut gunungan.

"Satu hari sebelum upacara Nyepi kami akan melakukan upacara Tawur Agung di Pelataran Candi Prambanan, upacara tersebut adalah simbol untuk membayar semua yang telah kita nikmati di bumi ini," ucapnya.

Ketua PHDI pusat Mayjen TNI (purn) Wisnu Bawa Tenaya, umat Hindu tidak hanya di Jawa dan Bali saja tetapi seluruh Indonesia.

"Melihat Hindu harus komprehensif yaitu harus melihat peradaban, budaya, agama, adat dan seni seperti saat ini kita menyuguhkan adat-adat Jawa. Inilah yang kita coba yaitu mengajak berkesadaran kepada seluruh anak bangsa untuk membangun harmoni di bumi Pancasila," ucapnya.

Dia menambahkan, ada dharma negara dan dharma agama. Untuk dharma negara adalah mengimplementasikan Pancasila. Dharma agama adalah dasar dari Hindu tersebut.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com