Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/02/2019, 10:30 WIB
Farid Assifa,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com — Bagas Suratman, warga Tangerang, Banten, tak menyangka dirinya bisa menjadi petani sukses. Sebelumnya, Bagas memiliki kehidupan yang pahit.

Ia pernah bekerja sebagai porter di bandara, kondektur, hingga menjadi preman. Bahkan, ia mengaku dulu sering mabuk-mabukan dan gemar berjudi. Ia juga bekerja di sejumlah bidang, tetapi akhirnya selalu dipecat.

"Saya juga sudah menjalani banyak pekerjaan. Namun, ending-nya enggak enak. Selalu dipecat," kata Bagas di depan peserta roadshow BBC Get Inspired di Kampus Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur, Kamis (14/2/2019).

Titik balik perubahan hidup Suratman terjadi melalui perenungan. Pria tiga anak itu kerap memperhatikan anak-anaknya beranjak dewasa dan tentu saja membutuhkan biaya untuk pendidikan. 

"Dari melihat anak itulah saya mulai sadar bahwa saya harus berubah, apalagi anak-anak sudah mulai dewasa dan membutuhkan biaya pendidikan," ujar Bagas di sela-sela waktu istirahat sebelum presentasi di acara tersebut.

Baca juga: 5 Kisah Inspiratif, Dokter Gigi Penyelamat Hutan hingga Mantan Preman Jadi Petani Sukses

Pria yang kini berusia 38 tahun itu kemudian berpikir bagaimana bisa mendapatkan mata pencarian yang layak. Dia ingin membahagiakan keluarga dan orangtuanya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk bertani. Ide itu muncul setelah ia sering melihat seorang petani begitu ulet dan telaten menyiram sayur.

"Saya waktu pulang kerja sebagai porter di bandara (Bandara Soekarno-Hatta) naik angkot karena waktu itu jarang ada motor. Saya sering melihat dia begitu ulet menyiram sayur. Saya jadi tertarik," katanya.

Bagas kemudian belajar bertani sayur secara otodidak, yakni melihat bagaimana orang bertani sayur. Ia mengaku memang berasal dari keluarga petani. Namun, dulu ia enggan meneruskan pekerjaan orangtuanya dengan alasan gengsi.

"Waktu itu saya tidak mau jadi petani karena gengsi. Menjadi petani itu enggak keren," katanya.

Baca juga: Kisah Wahyu Selamatkan Tiga Siswa di Pantai Manakarra, Tuna Wicara hingga Putus Sekolah karena Sering Diejek

Setelah belajar cukup lama, Bagas kemudian mencoba bertani. Ia menyewa lahan tanah tidur seluas 3.000 meter persegi untuk ditanami sayuran dan buah-buahan. Tanah tersebut tepat berada di pinggir Bandara Soekarno-Hatta.

"Modalnya dari hasil dagang sedikit-sedikit. Sebelumnya saya juga sempat dagang," kata Bagas.

Hari berlalu. Usaha tani Bagas berjalan lancar. Bahkan, ia sudah mampu menyewa lahan seluas 26 hektar untuk ditanami sayuran dan buah-buahan seperti melon. Ia memasok hasil usaha taninya ke pasar-pasar tradisional dan supermarket-supermarket di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Bagas Suratman saat mengikuti Roadshow BBC Get Inspired di kampung Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur, Kamis (14/2/2019).GULANG FA CANDRA Bagas Suratman saat mengikuti Roadshow BBC Get Inspired di kampung Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur, Kamis (14/2/2019).

Pada 2007, Bagas mengalami musibah. Kebun sayur yang dikelolanya diterjang banjir. Semua tanaman sayur dan buah-buahan terendam.

"Padahal, besok mau dipanen. Semuanya habis karena terendam banjir," kenang Bagas.
Namun, musibah itu tidak membuat Bagas menyerah. Ia tetap bangkit untuk menjalankan usaha taninya yang sudah dirintis cukup lama itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com