Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesin Notula, Mentranskrip Semua Dialog dalam Debat Pilpres 2019

Kompas.com - 18/02/2019, 15:31 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dua kali debat Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019 telah diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan disiarkan secara langsung oleh media elektronik dalam format audiovisual.

Meskipun ditayangkan dalam format audio dan video, ada satu lembaga yang menyusunnya ke dalam format teks. Mereka, yang tergabung dalam sebuah tim PT Bahasa Kita, mentranskrip semua dialog selama debat berlangsung menjadi format teks.

Tim PT Bahasa Kita menggunakan alat transkripsi otomatis yang disebut sebagai Notula Engine. Mesin ini mampu memindai ucapan menjadi karakter-karakter sehingga dapat terbaca.

Penemu sekaligus pengembang Notula Engine, Oskar Riandi menjelaskan lebih lanjut tentang kemampuan mesin pemindai suara menjadi teks itu.

"Engine kami dilengkapi dengan voice IDm sehingga kapan, siapa, bicara apa, bisa diketahui dengan valid," kata Oskar saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/2/2019).

Hasil transkripsi dari Notula semakin mudah dipahami karena terdapat analisis sederhana dalam bentuk infografik yang menampilkan fakta-fakta dari teks dialog yang telah ditranskrip.

"Meskipun sebetulnya kami ada fitur lain seperti topic detection/modeling, clustering serta summarization. Tidak kami gunakan karena dapat menimbulkan interpretasi beragam," ujar Oskar.

Baca juga: Debat Kedua, Indonesia Jadi Kata Terbanyak yang Diucapkan Jokowi dan Prabowo

Ia mengaku bersama timnya berinisiatif untuk mengikutsertakan mesin miliknya dalam proses gelaran debat pilpres ini.

"Ide sekilas saja. Dari engineer baru, ketika kami kick off meeting kegiatan 2019 awal Januari lalu. Akan menarik kalau bisa digunakan di debat capres secara langsung, jadi the first and ever dalam pesta demokrasi di Indonesia. Great idea," ujarnya.

Terdapat beberapa tujuan yang ingin mereka capai dengan mentranskrip dialog debat menjadi format teks. Di antaranya agar mudah dimengerti oleh teman-teman Tuli dan orang asing yang ingin belajar bahasa Indonesia.

"Mungkin bisa menjadi alternatif bagi yang tidak melihat langsung debat. Kemudian, mungkin bisa memudahkan orang asing yang belajar bahasa Indonesia, memudahkan difabel (khususnya tunarungu) untuk memahami visi misi capresnya," ucap Oskar.

Ini dilakukan secara mandiri tidak terikat kerja sama dengan KPU sebagai penyelenggara debat. Menurut Oskar, hal ini dikarenakan waktu pengajuan yang sudah terlalu mepet dengan pelaksanaan debat ketika itu.

"Ini independen, ingin sedikit berkontribusi. Pernah menghubungi KPU, tetapi karena waktunya mendadak, oleh KPU diarahkan ke stasiun TV yang punya hak siar," tutur Oskar.

Oskar mengaku, antusias yang masuk sangat tinggi akan hasil transkrip dan analisa sederhana yang ia dan tim buat.

Untuk itu, ia mengaku akan terus berupaya untuk melibatkan diri dalam pelaksanaan debat-debat selanjutnya hingga sesi terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang Online dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang Online dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com