Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Instruksi Gubernur Edy Jelang Pilpres | Penusukan Pebalap M Zaky Gara-gara Serempetan

Kompas.com - 18/02/2019, 05:51 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Utara menegaskan kepada bupati dan wali kota untuk bersikap netral saat Pemilu 2019, Jumat (15/2/2019).

Gubernur Edy meminta juga para aparat sipil negara (ASN) di Sumut untuk menunjukkan netralitasnya dengan sungguh-sungguh dan tak berpura-pura. 

Selain itu, kasus penusukan pebalap road race nasional, M Hasyim Zaki Adil atau M Zaky (23), pada Jumat (15/2/2019) malam, mengejutkan banyak pihak.

Polisi terus mendalami kasus tersebut dan telah menetapkan seorang tersangka, Faesal. Polisi menduga, pembunuhan tersebut karena insiden di jalan antara korban dan pelaku.

Berikut ini berita populer nusantara secara lengkap:

1. Gubernur Edy ingin jajarannya tidak pura-pura netral

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menghadiri HUT ke-73 TNI di Apron Lanud Soewondo Medan, Jumat (5/10/2018).Dok Biro Humas dan Keprotokolan Setda Provinsi Sumut Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menghadiri HUT ke-73 TNI di Apron Lanud Soewondo Medan, Jumat (5/10/2018).
“Tolong hentikan kebohongan, rekayasa yang dibuat selama ini. Mari kita tegakkan kejujuran, bebaskan rakyat dalam pesta demokrasi ini. Pemprov Sumut meneriakkan netralitas paling keras,” kata Gubernur Edy saat memimpin rapat koordinasi Pemilu 2019, Jumat (15/2/2019).

Pernyataan itu muncul saat Edy mendapat informasi adanya keterbatasan penyelenggara pemili, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumut.

“Bupati dan wali kota, isi semua kekurangan ini dengan tidak ada kepentingan perorangan maupun kelompok. Lakukan untuk kepentingan masyarakat dan sesuai aturan,” kata Edy.

Dia kembali mengingatkan agar bupati dan wali kota bersikap netral pada pelaksanaan Pemilu mendatang.

Baca berita selengkapnya: Edy Rahmayadi: Tolong Hentikan Kebohongan...

2. Kisah inspirasi perdamaian Ronald dan Iskandar di Maluku

Ronald Regang (kiri) dan Iskandar Slameth saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).KOMPAS.com/ FARID ASSIFA Ronald Regang (kiri) dan Iskandar Slameth saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).

Konflik berdarah di Maluku yang mulai pecah pada 1999 telah memberangus kebahagiaan masa kecil Ronald Regang dan Iskandar Slameth.

Pada usia 10 tahun, Ronald yang seharusnya bermain ceria bersama teman sebayanya malah memanggul senjata untuk berperang. Bahkan, pria kelahiran Ambon itu pernah menjadi komandan pasukan Agas.

Begitu juga dengan Iskandar. Ketika berusia 13 tahun, pria yang kini berusia 34 tahun itu juga ikut berperang dan bergabung dengan pasukan jihad.

Namun kini, mereka sudah bersahabat dan terus menyerukan perdamaian dan toleransi. Bahkan, kedua pemuda ini menjadi sosok muda inspiratif yang terpilih melalui program BBC Get Inspired.

Baca berita selengkapnya: Kisah 2 Eks Tentara Anak Saat Konflik Ambon: Dulu Saling Membenci, Kini Berkolaborasi

3. Kasus penusukan Hasyim Zaki alias M Zaky

Pebalap nasional M Zaky yang tewas ditusuk di Bondowoso, Jumat (15/2/2019). Dok. Bangka.Tribunnews.com Pebalap nasional M Zaky yang tewas ditusuk di Bondowoso, Jumat (15/2/2019).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com