Wahyu sendiri hanya bekerja sebagai buruh cuci motor. Dia adalah putra ke-6 dari sembilan bersaudara pasangan Udin dan Nurjannah. Di balik upaya heroiknya, tersimpan cerita pilu mengenai kondisi fisiknya serta bagaimana perjuangannya bersekolah.
Baca juga: Bingung, Korban Banjir Bandang di Mamuju Sempat Tidur di Pinggir Jalan
Wahyu merupakan tuna wicara dan kurang mampu mengucapkan kata-kata dengan fasih. Ia mengaku berhenti sekolah saat SMP lantaran sering diejek teman-temannya.
“Saya malu pak sering diejek dan dikucilkan teman-teman di sekolah atau tempat bermain. Makanya saya berhenti sekolah,” jelas Wahyu.
Wahyu yang kini berusia 25 tahun mengaku lulus ujian persamaan paket B 2015 lalu. Tahun 2018 lalu rencanahnya ikut ujian persamaan paket C tapi gagal karena trelambat mengurusnya.
Wahyu berharap tahun ini ia bisa mengikuti ujian paket C agar ijazah tersbeut nantinya ia bisa gunakan mencari kerja yang lebih baik agar bisa merubah masa depan diri dan keluarganya lebih baik.
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga siswa SMA Negeri 1 Mamuju yang diketahui bernama Faris (17), Rafli Alfandi (18), dan Ivan Tomoto (17) terseret gelombang laut saat tengah mandi di bibir pantai manakrra mamuju, usai bermain bola.
Mulanya hanya satu siswa yang terseret arus ke tengah laut. Namun sejumlah rekannya yang menyaksikan kejadian ini berupaya memberi pertolongan kepada rekannya.
Sayangnya mereka juga malah ikut terseret gelombang hingga hanyut ke tengah laut. Meski berjuang bisa menggapai pantai, namun arus deras malah makin menyeretn mereka ke tengah laut hingga nyaris tewas karena kekurangan oksigen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.