"Produk Carica ini dikelola oleh warga binaan, tak sepenuhnya prioritas profit, hanya pemasarannya saja. Warga belajar yang sudah mahir mengolah Carica kami lepas untuk memiliki usaha sendiri," tutur dia, serius.
Rintangan
Bukan berarti, program yang dibangun sejak sepuluh tahun lalu ini selalu mulus. Banyak sekali rintangan yang menghadang langkahnya.
Mulai dari kesulitan untuk membayar tenaga pendidik maupun karyawan, hingga gerai Carica yang omzetnya sudah puluhan juta rupiah hangus dilalap si jago merah.
Baca juga: Embun Upas Selimuti Dieng, Petani Kentang Merugi
"Saya sempat terpuruk, setelah gerai utama Carica Cemerlang ludes kebakaran, berbulan-bulan saya loyo, hingga sebuah mimpi membangunkan saya untuk kembali bersemangat," ujar dia.
Mimpi yang membuatnya kembali bangkit adalah begitu banyak warga pinggiran yang bergantung nasib pada usaha keterampilan yang dipimpinnya.
Jika tak segera memulai dari awal, maka ia merasa menelantarkan ratusan orang yang menjadi tanggung jawabnya.
Maka dari titik nol, ia mulai berusaha bangkit untuk membawa masyarakat sekitar kepada kehidupan yang layak.
"Semoga, jika apa yang saya lakukan ini mendapat pahala, biarkan pahala itu mengalir kepada almarhumah Ibu. Penyesalan yang tak putus adalah saat saya dulu sibuk bekerja di saat keluarga membutuhkan kehadiran saya," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.