“Di atas bukit baru kami dapat sinyal. Kami cari Google Maps, dapat petunjuk 200 langkah menuju Keakea. Jaraknya kurang lebih sekitar 100 meter. Kami mengikuti arah tersebut sesuai petunjuk. Namun, ketika sudah jauh, kami heran karena tak sampai tujuan,” katanya.
Baca Juga: Seorang Murid SD Tewas saat Hiking Pramuka, Guru Olahraga Jadi Tersangka
Setelah berhasil mendapat sinyal dan menghubungi salah satu pembina bernama Asti, Sumarjono memutuskan untuk mencari tempat beristirahat bagi anak didiknya sembari menunggu bantuan.
Sumarjono juga menghubungi menantunya yang merupakan anggota pencinta alam di daerah itu.
Lalu Sumarjono membuat api unggun untuk menghangatkan badan dan beristirahat usai kelelahan.
Sementara itu, bekal makanan dan minuman mereka telah habis. Para siswa juga kelelahan. Tak berselang lama, hujan pun turun dan memadamkan api unggun.
Namun, hal itu juga menjadi berkah. Air hujan mereka minum untuk menghilangkan dahaga.
Hingga pukul 20.00 Wita, tim SAR belum juga datang menemukan mereka. Dalam kondisi gelap, seorang siswi dipatuk ular kecil di bagian tangan.
Baca Juga: Pramuka hingga Emak-emak Kumpulkan Rp 174,7 Juta untuk Korban Tsunami Selat Sunda
Hingga tengah malam, Sumarjono dan siswanya melewati malam tanpa penerangan sedikit pun. Mereka berkumpul membentuk lingkaran untuk saling menguatkan.
Saat itu Sumarjono mengingatkan anak-anak untuk berbaring sambil memberikan sandi agar bisa ditemukan para petugas.
“Pokoknya pakai sandi saja. Kalau jam 12 berarti arah barat, jam 3 arah utara, jam 6 arah timur, jam 9 arah selatan,” kata Sumarjono.
Hingga tiga kali mereka melihat sumber cahaya yang berasal dari senter tim pencari. Mereka berteriak sekuat-kuatnya dan baru dapat ditemukan tim SAR gabungan pada posisi arah jam 6 tepat di belakang rombongan.
“Terus di atas ada balasan katanya ‘sabar, sabar, Alhamdulillah anak-anak langsung senang,” kata Sumarjono.
Baca Juga: Seorang Murid SD Tewas saat Hiking Pramuka, Guru Olahraga Jadi Tersangka