Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Upiah Karanji", Dikenakan Gus Dur hingga Sandiaga Uno

Kompas.com - 15/02/2019, 11:37 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com –  Penutup kepala ini unik, namanya upiah karanji atau kopiah keranjang, terbuat dari tanaman mintu, sejenis rumput yang diambil dari tepi hutan di Gorontalo.

Upiah karanji adalah kerajinan yang dibuat oleh para petani di pinggiran desa di Kabupaten Gorontalo seusai mereka mengerjakan ladang, di sela istirahatnya, mereka menganyam dari batang rumput mintu yang dibelah halus.

“Kerangkanya dari irisan rotan yang halus, dibuat melingkar dari bagian atas,” kata Nasir Lahay (66), petani Gorontalo yang mahir membuat upiah karanji, Jumat (15/2/2019).

Baca juga: Upiah Karanji, Songkok Rumput yang Tenar dari Gorontalo

Bagi masyarakat Gorontalo, upiah karanji selalu dikenakan setiap hari, ke masjid, pasar atau saat di rumah. Upiah karanji ini merupakan bagian penting dari kehidupan untuk menutupi kepala mereka.

Upiah karanji makin terkenal saat mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selalu mengenakan di mana pun berada, orang menganggap upiah ini terbuat dari anyaman rotan, itu ada benarnya karena kerangka memang dari tanaman merambat ini.

“Sekarang upiah karanji dikenakan calon Wakil Presiden, Sandiaga Uno yang berdarah Gorontalo. Bapaknya, Om Razif Halik Uno bahkan setiap hari mengenakan di manapun berada,” ujar Rahim Malahika, warga Suwawa, Bone Bolango.

Penutup kepala khas Gorontalo ini memiliki banyak kelebihan, rumput mintu yang kering ini ternyata memiliki serat yang sangat liat dan kuat.

Dipastikan, upiah karanji sangat kuat, bahkan ditarik oleh orang dewasa pun tidak akan putus.

Sejak dikenakan oleh tokoh-tokoh di Jakarta, upiah karanji terus mengalami peningkatan produksi. Produk ini bahkan yang paling dicari oleh wisatawan yang berkunjung di Gorontalo.

“Ada yang harganya Rp100 ribu, itu yang paling murah di toko dengan kualitas anyaman paling sederhana,” ujar Rahim Malahika.

Ragam anyaman juga mempengaruhi harga jual. Bagi Nasir Lahay, ia hanya membuat anyaman yang halus. Ia mengaku tidak bisa memproduksi asal-asal. Sejak kecil saat ia diajarkan menganyam oleh orang tuanya, anyamannya memang dikenal halus.

“Ini kan dikenakan di kepala, harus rapi dan halus,” kata Nasir Lahay.

Untuk produksinya, Nasir Lahay mematok harga jual Rp150 ribu, untuk kualitas yang sama harga di toko bisa mencapai 2 kali lipat.

Kompas TV Acara penyerahan bantuan kepada korban banjir di Desa Mohungo, Kecamatan Tilamuta pada Kamis (31/1/2019) siang berlangsung gaduh. Bupati Kabupaten Boalemo meluapkan emosinya pada pihak Dinas Sosial Gorontalo di depan warga lantaran Gubernur Gorontalo tak kunjung datang untuk menyerahkan bantuan. Acara penyerahan bantuan kepada korban banjir di Desa Mohungo, Kecamatan Tilamuta sempat terhenti sementara. Bupati Boalemo emosi lantaran Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie terlambat hadir untuk menyerahkan bantuan 5 ton beras dari Dinas Sosial Gorontalo kepada ratusan korban banjir. Saat tiba di lokasi Gubernur Gorontalo mengungkapkan alasan keterlambatannya karena ada agenda lain yang harus dihadiri dan jarak yang ditempuh cukup jauh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com