Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 21 Pramuka yang Tersesat 8 Jam di Hutan Kolaka, Minum Air Hujan dan Dipatuk Ular

Kompas.com - 14/02/2019, 12:05 WIB
Kiki Andi Pati,
Khairina

Tim Redaksi

KENDARI, KOMPAS.com — Sumarjono (53), pembina Pramuka di SMPN 2 Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), yang ikut tersesat bersama 21 anak didiknya di Hutan Atanggao, Minggu (10/2 2019), menuturkan, mereka hendak mencari jejak. Setelah itu, mereka mandi di air terjun Atanggao itu.

Rombongan Pramuka itu berangkat dari Bumi Perkemahan Keakea, Kelurahan Mongolo, Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka, Sultra, sekitar pukul 08.45 Wita. Mereka sampai di tujuan pukul 10.30 Wita.

“Kami mandi, pokoknya main-mainlah, berfoto-foto, mengambil video bersama anak-anak, lengkap saat itu,” kata Sumarjono yang dihubungi lewat telepon seluler, Selasa (12/2/2019).

Setelah menikmati wisata air terjun, sekitar pukul 12.30 Wita, kata Sumarjono, rombongan bergegas kembali menuju lokasi perkemahan karena sudah sepakat dengan sopir mobil yang akan menjemput mereka pukul 14.00 Wita.

“Di tengah perjalanan, entah bagaimana, kami nyasar. Jejak yang kami tinggalkan sudah tidak ada. Kami tetap mengikuti arahnya air. Awalnya kami naik gunung. Ketika dengar suara air, kami menuju ke air karena aliran air menuju ke kampung,” ungkap pria yang telah menjadi pembina Pramuka sejak puluhan tahun lalu itu.

Baca juga: Delapan Jam Tersesat di Hutan Kolaka, 23 Anggota Pramuka Ditemukan dalam Kondisi Lemas

Arah aliran air tidak mengantarkan rombongan ke bumi perkemahan, tetapi malah sampai ke atas bukit. Kemudian, mereka memilih ke sumber air dengan memotong lurus karena medan sangat curam. Akhirnya, mereka mencari jalan memutari gunung.

Sumarjono menceritakan, rombongan mencari jalan hingga melewati tiga perbukitan.

Namun, hingga sore hari Sumarjono bersama anak-anak binaannya yang terdiri dari 9 perempuan dan 12 laki-laki belum juga sampai di tujuan.

Mereka berinisiatif meninggalkan jejak berupa sandal, sepatu, dan tali penolong dengan tujuan mengingat kembali jalur yang telah dilalui.

Rombongan Pramuka Penggalang ini mencoba ke bawah bukit, tetapi selalu gagal dan mengurungkan niatnya. Akhirnya, mereka meneruskan perjalanan ke atas bukit yang lebih tinggi.

“Di atas bukit baru kami dapat sinyal. Kami cari Google Maps, dapat petunjuk 200 langkah menuju Keakea. Jaraknya kurang lebih sekitar 100 meter. Kami mengikuti arah tersebut sesuai petunjuk. Namun, ketika sudah jauh, kami heran karena tak sampai tujuan,” paparnya.

Karena kelelahan, rombongan memutuskan untuk beristirahat sembari menelepon pembina putri bernama Asti dan memberitahukan bahwa ia bersama rombongan tersesat.

Suami Asti langsung menghubungi Basarnas untuk mencari rombongan Pramuka tersebut.

Tak hanya itu, Sumarjono juga menghubungi menantunya yang merupakan anggota pencinta alam di daerah itu.

Jarum jam menunjukkan pukul 20.00 Wita, mereka belum juga ditemukan, sementara logistik dan baterai ponsel mereka sudah habis. Akhirnya, rombongan membuat api unggun.

Baca juga: Tersesat ke Jalan Sempit gara-gara Ikuti Google Maps, Truk Lalu Masuk Jurang

 Namun, tak berapa lama, hujan turun perlahan sehingga api unggun mereka pun padam.


“Dengan adanya hujan, anak-anak bisa agak lega karena kehausan semua. Kami minum air hujan sedikit-sedikit biar segar,” tuturnya.

Ia pun selalu menyemangati anak didiknya untuk tetap tenang dan berdoa agar mereka ditemukan segera.

Hingga tengah malam, 21 anggota Pramuka (sebelumnya tertulis 23-red) ini melewati malam itu tanpa penerangan sedikit pun. Mereka berkumpul membentuk lingkaran untuk saling menguatkan.

Satu anggota putri dipatuk ular kecil di bagian tangan dan racunnya dapat dikeluarkan.

Malam semakin larut, sebagian di antara mereka tertidur lelap. Tiba-tiba ada sinar. Mereka berteriak ke arah sumber cahaya, tapi tak terdengar.

Sumarjono mengatakan, tenaga anak didiknya mulai menurun akibat kelelahan. Anak-anak tersebut akhirnya berbaring hingga tertidur di atas tanah dalam posisi badan miring karena berada di kemiringan bukit.

“Pokoknya pakai sandi saja. Kalau jam 12 berarti arah barat, jam 3 arah utara, jam 6 arah timur, jam 9 arah selatan,” kata Sumarjono.

Hingga tiga kali mereka melihat sumber cahaya yang berasal dari senter tim pencari. Mereka berteriak sekuat-kuatnya dan baru dapat ditemukan tim SAR gabungan pada posisi arah jam 6 tepat di belakang rombongan. 

“Terus di atas ada balasan katanya ‘sabar, sabar, Alhamdulillah anak-anak langsung senang,” ujarnya.

Ternyata yang pertama kali menemukan mereka adalah anak dan menantu Sumarjono.

Saat ditemukan, mereka langsung makan makanan yang dibawa oleh keluarga yang ikut dalam tim SAR gabungan karena dalam kondisi mereka lapar dan haus.

Cerita soal lokasi hutan keramat yang sering mengakibatkan orang hilang sempat didengar oleh Sumarjono. Namun, yang ia tahu, lokasi itu berada di atas atau lebih jauh lagi dari tempat mereka tersesat.

Sementara Kepala Pos SAR Kolaka Asep mengatakan, berawal dari laporan yang diterima, tim SAR gabungan menuju lokasi.

Mereka berangkat pukul 19.30 Wita. Informasi yang diterima ada 22 anggota Pramuka hilang di sekitar 3 kilometer arah timur Bumi Perkemahan Keakea.

Baca juga: Malu Tanyakan Jalan, Remaja Malaysia Tersesat 10 Hari di Singapura

Tim gabungan ini dibagi tiga dan rombongan Pramuka ini ditemukan oleh tim ketiga. Temuan tim SAR gabungan itu berawal dari baju, sepatu, ponsel.

Tidak jauh dari air terjun tempat mereka menyalakan api unggun, tim SAR menemukan posisi korban dalam keadaan berkumpul kedinginan dan kelaparan, bahkan ada yang pingsan. 

"Perintah kepala Basarnas Kendari malam itu juga kami harus cari rombongan sampai ditemukan sebab mereka kelaparan dan banyak anak," ujar Asep yang dihubungi via telepon, Kamis siang.

Setelah ditemukan, para anggota Pramuka itu langsung dievakuasi dengan cara digendong dan menggunakan tandu. Kemudian, korban yang dipatuk ular langsung dievakuasi ke rumah sakit Benyamin Guluh, Kolaka. Semua korban yang ditemukan dalam keadaan selamat.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 21 anggota Pramuka dari SMPN 2 Kolaka dapat ditemukan setelah sempat tersesat di hutan Bumi Perkemahan Keakea, Kelurahan Mongolo, Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Minggu (10/2/2019). 

Kompas TV Kondisi ke tujuh pelajar Sekolah Menengah Pertama 2 Kolaka, Sulawesi Tenggara saat ini masih lemah. Mereka dirawat intensif di rumah sakit Benyamin Guluh pasca ditemukan pada Senin dinihari, hingga pagi mereka adalah bagian dari 22 pelajar yang tersesat selama beberapa hari di hutan Latinanggo saat tersesat mereka ikut dalam kegiatan perkemahan sejak Sabtu lalu. 22 pelajar diduga tersesat sejak Minggu siang saat melakukan penjelajahan di sekitar hutan Latinanggo di Kelurahan Ulunggolaka Kecamatan Latambaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com