Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sedih Orang-orang Terpasung di Manggarai

Kompas.com - 14/02/2019, 06:00 WIB
Markus Makur,
Khairina

Tim Redaksi


BORONG, KOMPAS.com--Aleksius Dugis (31) adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang sudah dipasung 10 tahun. Dia tinggal di pondok berlumpur di samping dapur milik keluarganya di Kampung Zola, Desa Ruan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (10/2/2019).

Saat ini, kaki kanannya dipasung dengan sebuah balok tebal berukuran 10 sentimeter. Sementara, kaki kirinya tak dipasung. Orang setempat menyebut dipasung dengan istilah kokong.

Rambutnya panjang karena tak pernah dipangkas.Tubuhnya tak ditutupi dengan baju.

Pondok tempat ia tinggal beratapkan seng. Dinding pondoknya terbuka. Saat musim hujan tiba seperti yang terjadi saat ini, air hujan masuk di lokasi pondoknya hingga menimbulkan kolam kecil dan berlumpur.

Bahkan, di sekitar pondoknya itu tumbuh tumbuhan liar yang tinggi serta ditanami tanaman jagung. Tiang pondoknya hampir rusak.

Dari kejauhan, bagi siapa saja yang mengunjunginya, tercium bau tak sedap. Selain itu, untuk tempat duduk dan berbaring hanya tersisa tiga papan yang sudah nyaris rusak.Kolam kecil itu sebagai tempat buang kotoran kecil dan besar.

Baca juga: Tertarik Membeli Lukisan ODGJ di Halte Harmoni, Warga Bisa Hubungi Pihak RS

Aleksius Dugis yang biasa disapa Leksi mengalami gangguan jiwa sejak 2009 lalu. Sejak saat itu, Leksi langsung dipasung oleh keluarga dan warga

Ibu kandung Leksi, Kornelia Daghe kepada KOMPAS.com, Minggu (10/2/2019) menjelaskan, gejala awal anaknya sakit mengamuk, marah dan jalan-jalan tanpa arah di kampung Zola.

Bahkan, anaknya sering mengganggu orang di kampung pada 2009 lalu. Sejak saat itu keluarga mengambil jalan untuk memasungnya demi kenyamanan keluarga dan warga di kampung tersebut.

"Dulu dua kakinya dipasung. Namun, saat ini hanya kaki kanannya dipasung karena kondisinya parah. Bahkan, kadang-kadang dua kakinya dipasung secara bergantian oleh keluarganya apabila kakinya sakit. Keluarga mengambil jalan itu demi keamanan keluarga dan kampung karena anak saya selalu marah, mengamuk dan berontak,” tuturnya.

Daghe menjelaskan, ayah Leksi, Mikael Pandu sudah meninggal. Dia juga sudah tua maka tidak bisa lagi merawat anaknya itu.

"Memang saya rutin beri anak saya makan dan minum dan kadang-kadang mandi. Namun, saat ini kondisinya semakin parah," katanya. 

"Saya berharap ada perhatian dari berbagai pihak untuk membebaskan anak saya yang dipasung selama 10 tahun hingga saat ini," jelasnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com