Bahkan mereka juga mengajarkan bagaimana menyoblos dan melipat kartu kepada masyarakat karena kartu yang dipilih pada pemilu April 2019 lebih dari satu kartu.
"Masih banyak orang yang belum paham bagaimana tata cara menyoblos. Dan untuk segmentasi pemilih bukan hanya pemilih pemula, tapi semuanya, mau ibu-ibu, anak muda, orang tua" kata Ricco.
Ricco mengaku banyak pelajaran yang diperolehnya saat bertemu dengan masyarakat secara langsung. Menurut dia, ternyata tidak sedikit masyarakat yang sebenarnya ingin mengenal secara langsung para calon legislatif yang hendak dipilihnya, bukan hanya melihat dari baliho yang dipasang di sepanjang jalan.
"Saya menyiapkan seribu alat peraga kampanye mulai dari kalender, baliho, stiker, dan kaus tapi yang terpenting adalah menemui mereka secara langsung, berdialog dan komunikasi apa yang mereka butuhkan," ungkap Ricco.
Baca juga: Kisah Anggiasari, Caleg Penyandang Disabilitas yang Berjuang Lewat Politik
Sementara itu, Hasyim Wahid, Anggota Bawaslu Banyuwangin menuturkan bahwa kehadiran caleg kembar di Banyuwangi adalah fenomena yang unik dan baru pertama kalinya.
Dia mengaku, Bawaslu kerap menerima pertanyaan dari warga terkait pemasangan alat peraga kampanye caleg berwajah sama tetapi ada di dua dapil berbeda.
"Jika tidak jeli ya dikira orang satu apalagi nama belakangnya sama persis dan wajahnya mirip. Beberapa kali ada yang tanya dan kami jelaskan jika caleg atas nama Ricco Antar Budaya dan Riccy Antar Budaya adalah caleg yang kembar," tuturnya saat dihubungi Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.