Padahal, menurut Agus, dia mengenakan jaket ojek online karena setelah membuka lapak baca dia langsung ngojek sehingga lebih praktis dan tidak perlu pulang ke rumahnya yang berada di Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro.
"Buka lapak kan jam 7 pagi, selesai sekitar jam 9 ya langsung ngojek, bukunya kadang saya bawa, kadang dititipkan di warung tempat biasa saya mangkal,"katanya.
Beberapa kali dia juga mengajak sesama driver ojek online untuk ikut aktivitasnya setiap hari Minggu atau meminjamkan buku kepada mereka untuk dibaca di sela-sela menunggu penumpang.
Tidak jarang juga, ada penumpang yang menanyakan mengapa dia membawa banyak buku, bahkan ada juga yang mengira dia berjualan buku. Jika ada pertanyaan semacam itu, biasanya Agus langsung menjelaskan aktivitasnya.
"Kan banyakan anak sekolah atau mahasiswa, saya langsung bilang nanti kalo pas jalan jalan di Blambangan Minggu pagi mampir saja ke lapak gratis baca buku. Dan mereka sering nyamperin, sekalian silaturahmi," katanya.
Agus mengaku, aktivitasnya membuka lapak buku di hari Minggu sama sekali tidak mengganggu profesinya sebagai ojek online.
Rata-rata setiap hari Agus mengantongi uang antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu dan juga bisa tutup poin.
"Kadang masih banyak yang melihat profesi ojek online sebelah mata tapi kalau saya pribadi yang penting halal dan bisa bermanfaat buat orang lain. Saya juga masih bergabung jadi relawan kalau ada kegiatan sosial di Banyuwangi. Yang penting pintar-pintar atur jadwal. Enaknya ojek online kan bisa mengatur jadwal sendiri asalkan dua-duanya bisa jalan bareng," ujarnya sambil tertawa.