“Kami kumpulkan mereka untuk sosialisasikan skema itu. Ada yang menolak dengan alasan tidak punya modal untuk usaha lain yang halal. Lucunya, yang menolak itu sambil merokok. Lah itu uang rokok dari mana? Sebungkus berapa, dan itu kalau dikumpulkan bisa jadi modal,” kata dia.
Setelah ditanya soal uang untuk beli rokok, mereka malah terdiam. Menurut Hotlin, sebenarnya uang rokok itu hasil mengutang dengan dibayar pohon yang dibalak secara ilegal itu.
Baca juga: Mantan Wapres AS Tanyakan Pembalakan Liar dan Korupsi ke Megawati
“Pada dasarnya mereka itu ingin mendapat pekerjaan lain dan tidak mau membalak. Tapi tidak ada pilihan karena mereka tidak punya apa-apa,” kata dia.
Akhirnya setelah dilakukan pendekatan secara persuasif dan memakan waktu cukup panjang, mereka bersedia menjual gergaji mesin ke klinik yang dikelola Hotlin. Selain itu, mereka juga diberi pelatihan wirausaha.
Menurut Hotlin, satu gegaji mesin dibeli seharga Rp 5 juta. Namun, ada tambahan uang Rp 5 juta untuk modal wirausaha. Jadi, satu gergaji mesin ditukar dengan uang Rp 10 juta.
“Mereka juga diberi pelatihan untuk wisausaha. Jenisnya tergantung minat. Kalau warga yang masih punya tanah, uang itu bisa dijadikan modal berkebun. Tapi, bagi yang tidak punya tanah, modalnya bisa dipakai untuk usaha lain,” kata dia.
Jumlah pembalak liar
Skema beli bibit dan beli kembali gergaji mesin membuahkan hasil. Selama dua tahun, klinik Asri membeli 70 unit gergaji mesin dari pembalak liar.
Banyaknya warga yang menjual gergaji mesin, praktis jumlah pembalak liar pun menurun. Dalam rentang waktu 10 tahun, jumlah pembalak liar menurun drastis hingga 80 persen.
Pada tahun 2007, jumlah pembalak liar di sekitar Taman Nasional Gunung Palung sebanyak 1.350 orang, dan pada 2017 menjadi sekitar 150 orang.
Baca juga: Bukan Pembalakan Liar, OrangutanTerancam Punah akibat Perburuan
“Tapi, memang masih ada pembalak liar di sekitar hutan itu. Tapi, jumlahnya enggak sebanyak dulu,” kata dia.
Parameter lain dari keberhasilan skema Hotlin adalah perubahan hidup per individu warga sekitar hutan. Berdasarkan pantauan timnya di lapangan, kehidupan ekonomi dan sosial mereka berubah ke arah yang lebih baik.
“Bahkan, kini mereka dari awalnya menjadi pembalak liar, kini menjadi penjaga hutan,” kata Hotlin, bangga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.