Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Bandang karena Tanggul Jebol Tewaskan 3 Orang, Ini Kata Bupati Bandung

Kompas.com - 10/02/2019, 18:20 WIB
Agie Permadi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Bupati Bandung Dadang M Naser mengaku akan melakukan penelusuran terhadap penyebab jebolnya tanggul penahan sebuah sungai kecil yang mengakibatkan banjir bandang menerjang Kompleks Jatiendah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

"Akan kami lakukan (penelusuran) di atas di Cilengkrang, pola tanamnya seperti apa. Barangkali di musim tanam di daerah pertaniannya, pola tanamnya tidak pake etika, nanti kami evaluasi," kata Dadang saat meninjau lokasi tanggul jebol, Minggu (10/2/2019).

Baca juga: Tiga Orang Tewas dalam Banjir Bandang di Bandung, Salah Satunya Balita

Menurut dia, air sungai kecil di komplek ini merupakan limpahan air dari anak sungai Cipanjalu. Namun pada Sabtu (9/2/2019), intensitas hujan tinggi mengakibatkan debit air lebih deras masuk ke sungai kecil tersebut dan menjebol tanggul penahannya.

Akibatnya, air meluap dan banjir bandang yang tumpah ke rumah warga di Komplek Jatiendah Regency.

Tanggul penahan yang jebol itu sempat masuk ke sungai kecil yang berada tepat di pinggir komplek tersebut dan sempat membendung aliran air sehingga meluap.

Namun, petugas gabungan langsung membersihkan material batuan dan lumpur serta tanggul jebol di dalam sungai sehingga aliran air sungai kecil itu kembali normal.

"Terima kasih, ahamdulilah, petugas yang sigap dari pagi membantu airan sungai tidak lagi terbendung, dan kembali ke jalurnya," tuturnya.

Baca juga: Ridwan Kamil: Banjir Bandang, Bupati Bandung Diminta Tanggap Darurat

Belasan rumah rusak berat dan ringan, sedangkan tiga orang meninggal dunia dalam peristiwa ini. Sementara itu, korban selamat yang mengalami luka sudah mendapatkan penanganan medis.

Menurut Dadang, kejadian ini memang sulit diprediksi, namun pihaknya akan mengevaluasi pola tanam masyarakat di dataran yang lebih tinggi.

"Kami akan evaluasi ke atas, bagaimana tegakan pohon itu sampai berkurang, pola tanam dari masyarakat yang tidak pakai sengkedan sehingga air dari atas tidak ada daya tampung atau penahan, dari atas langsung meluncur ke bawah. Pola taman masyarakat kita tak memakai etika menanam," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com