Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Imigrasi Medan soal Warga Bangladesh yang Disekap di Ruko

Kompas.com - 09/02/2019, 06:41 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com — Tim Pengawasan Orang Asing (Pora) Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi (Kanin Kelas I Khusus TPI) Medan telah mengamankan 396 warga Bangladesh dari beberapa lokasi di Kota Medan.

Semua imigran tersebut memiliki tujuan yang sama saat masuk ke Kota Medan, yaitu untuk menjadi pekerja di Malaysia.

"Mereka masuk resmi menggunakan visa bebas kunjungan, paspornya kebangsaan Bangladesh, tapi tujuannya akan dipekerjakan ilegal oleh penyalur yang nakal. Kenapa dipilih Medan karena dekat dengan Malaysia," kata Kepala Kanin Kelas I Khusus TPI Medan Fery Monang Sihite yang dihubungi Kompas.com, Jumat (8/2/2019).

Ratusan warga Bangladesh itu sampai di Kota Medan seperti wisatawan. Namun, mereka masuk dengan cara bergelombang, lalu oleh para penyalur ditempatkan di rumah toko (ruko) yang sudah disiapkan. Mereka inilah yang diamankan Imigrasi pada Selasa (5/2/2019) malam.

Fery mengatakan, karena para pendatang tersebut korban penipuan, pertimbangannya adalah dari sisi kemanusiaan.

"Izin tinggal mereka ada yang sudah habis serta hampir habis masa berlakunya. Mereka minta segera dipulangkan karena sudah cukup menderita di sini. Mungkin langkah yang kami ambil adalah deportasi dengan pencekalan. Kasihan mereka, makanya saya perlakukan manusiawi. Kantor saya kecil, jadi ditempatkan di Belawan, tapi tetap kami supervisi," kata Fery.

Baca juga: Lagi, 8 Warga Bangladesh Ditemukan di Seputaran Rel Kereta Api di Medan

Soal pelaku penipuan, dia menduga dilakukan oleh orang yang sama. Hanya sampai hari ini belum terungkap.

"Biasalah, kalau sudah seperti ini, lari sana lari sini. Kita kedepankan dulu kemanusiaan, tapi ini akan menjadi kajian kami untuk bahan masukan kepada pimpinan. Mungkin pemberian visa ini bisa didiskusikan lagi," ucapnya.

Ratusan warga Bangladesh itu, lanjutnya, semuanya laki-laki usia produktif. Kondisinya sehat dan memiliki paspor Bangladesh.

Fery membantah pemberitaan yang menyatakan para imigran disekap dan dipukuli.

"Aduh, ini simpang siur, yang saya terima sehat. Mereka tertawa-tawa, hanya minta satu kata sama saya, 'Pulangkan saya, Pak.' Oke saya bilang, tapi tidak mudah memulangkan, ada prosesnya," katanya.

Terkait lamanya waktu pemulangan, Fery mengatakan tergantung kapasitas penerbangan. Semua biaya transportasi akan ditanggung Kedutaan Bangladesh, kecuali makan dan minum disediakan Imigrasi.

Fery mengapresiasi kinerja tim Pora dan peran masyarakat dalam mengungkap kasus pekerja migran ilegal ini.

Sebelumnya, Selasa (5/2/2019) sekitar pukul 22.30, warga menemukan 193 warga Bangladesh disekap di sebuah rumah toko (ruko) di Jalan Pasar V, Kelurahan Cintadamai, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan. Penemuan itu kemudian dilaporkan ke kantor Imigrasi setempat.

Setelah melakukan pengembangan, Imigrasi Medan kembali menemukan 59 warga Bangladesh di ruko pertokoan Vintage Nomor 8D di Jalan Medan-Binjai Km 14, Dusun V, Desa Sumbermelati, Diski, pada Rabu (6/2/2019) pukul 06.00 WIB.

Baca juga: 95 Warga Bangladesh Kembali Ditemukan di Ruko Medan

Dua jam kemudian, lagi-lagi ditemukan 36 warga Bangladesh di belakang Restoran Nelayan di Jalan Merak Jingga, Kota Medan.

Total warga Bangladesh yang diamankan adalah 288 orang. Dari pemeriksaan diketahui, 103 orang masuk dari TPI I Gusti Ngurah Rai, Bali, sisanya dari TPI Adi Sucipto, Yogyakarta.

Setelah Kanin Kelas I Khusus TPI Medan mengamankan 288 orang, Kanim Kelas I TPI Polonia pun mengamankan delapan warga yang sama di seputaran rel kereta api di Jalan Sekip, Kecamatan Medan Barat, pada Rabu (6/2/2019) pagi. Total warga Bangladesh yang diamankan adalah 296 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com