Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Produsen Kue Keranjang di Tengah Persaingan Harga..

Kompas.com - 05/02/2019, 16:42 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Meskipun sama-sama kenyal, namun kue produksi milik Susana cenderung lebih padat dan berisi. Ketika dicicipi, kue keranjang Dua Naga Mas terasa manis gula, dengan tekstur kenyal dan lengket.

Sementara produk pesaing yang berhasil dijual dengan harga lebih murah Rp 6.000 per kilonya, memiliki rasa yang lebih hambar, tingkat kelengketannya pun berbeda.

Adapun jika dilihat dari segi pengemasan, produk miliknya terlihat lebih rapi dan elegan karena dibungkus menggunakan plastik kaca. Sementara pesaing hanya menggunakan plastik bening biasa.

"Ini pakai plastik kaca. Setelah dibasahi dengan air, kue keranjang yang lengket ini akan mengelupas dengan mudah karena menggunakan plastik ini. Aneh, saya juga tidak tahu kenapa, tapi begitu," ujar Susana, sambil tertawa kecil.

Baca juga: Imlek di Solo, Ladang Rezeki bagi Pedagang Mainan Asal Cirebon

Dampak

Dari perbedaan harga jual tersebut, tentu banyak dampak yang ia rasakan. Misalnya, hilangnya sebagian pelanggan karena lebih tergoda membeli kue keranjang dengan harga lebih murah daripada kue miliknya.

"Beberapa tahun lalu, kue keranjang saya selalu dipakai untuk acara Grebeg, tapi semenjak harganya naik, sudah tidak lagi. Mereka lebih memilih kue dengan harga di bawahnya, yang penting dapat banyak kalau dibuat gunungan jadinya tinggi," ujar Susana.

Namun, hal itu tidak menjadi masalah dan usaha kue keranjang rumahan yang sudah ada sejak 1976 itu tetap ia jalankan setiap tahunnya.

Baca juga: Perayaan Imlek bagi Muslim Tionghoa di Indonesia...

Tekad kualitas

Kemasan Kue Keranjang Dua Naga Mas yang siap dikirimkan pada pemesan.Kompas.com/Lutthfia Ayu Azanella Kemasan Kue Keranjang Dua Naga Mas yang siap dikirimkan pada pemesan.

Meskipun begitu, Susana tidak mempermasalahkannya, ia pun tetap teguh untuk menjaga kualitas dan cita rasa kue keranjang sebagaimana mestinya.

Dari kualitas yang terjaga inilah, menurutnya pelanggan-pelanggan setia kembali lagi datang kepadanya untuk memesan puluhan bahkan ratusan kue keranjang untuk dibagikan kembali saat perayaan Imlek tiba.

"Bos-bos itu pesan sampai 100 kilogram, untuk dibagikan ke karyawan-karyawannya. Jadi tidak apa-apa ketika ada yang lebih memilih kue keranjang dengan harga yang lebih murah, saya tetap begini," ujar ibu dari empat anak ini.

Sebagai manusia biasa, Susana juga tetap memiliki rasa sedih melihat menjamurnya produsen kue keranjang yang hanya mengejar konsumen, namun mengesampingkan kualitasnya.

Ia pun berujar apa salahnya untuk membeli kue dengan harga sedikit lebih tinggi kalau kualitas dan rasa yang didapat jelas lebih pasti.

"Kan ini diberi ke orang hanya satu tahun sekali, mbok ya yang enak, mahal kan enggak apa apa. Tapi kalau orangnya baik, pasti dia akan beli yang rasanya enak untuk dikasih ke orang," ujar dia, sambil menyebutkan beberapa nama pelanggan setianya.

Apa pun yang terjadi dengan persaingan usaha kue keranjang di Kota Solo saat ini, Susana yang dalam memasak kue dibantu 10 orang karyawan ini mengaku akan tetap mempertahankan kualitas kue keranjang produksinya. Ini tetap dilakukan meskipun harus melepas dengan harga tinggi ke pasaran.

Dalam kepercayaan Tionghoa, kue keranjang dipercaya memiliki makna tersendiri. Rasa manis melambangkan suka cita.

Tekstur kenyal dan lengket menggambarkan keeratan persaudaraan. Sementara bentuknya yang bulat menunjukkan kebersamaan tiada akhir, dan tidak ada yang lebih penting dari kekeluargaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com