Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melepas Burung Pipit, Tradisi Masyarakat Tionghoa Saat Imlek...

Kompas.com - 05/02/2019, 13:13 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com – Menjelang dan saat perayaan Tahun Baru Imlek, banyak tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang merayakannya, salah satunya "fang sheng" atau menerbangkan burung pipit.

Fang sheng masih dilakukan hingga saat ini meskipun perkembangan zaman sudah banyak membuat tradisi lama terlupakan.

Salah satu orang yang melakukannya adalah seorang warga etnis Tionghoa di Solo, Jawa Tengah, bernama Meyling.

Ia bersama putrinya, Kiesha, mendatangi Kelenteng Tien Kok Sie di kawasan Pasar Gede sejak pagi hari untuk menyerahkan sejumlah burung pipit di dalam sangkar.

Burung-burung tersebut kemudian diserahkan kepada orang-orang yang ada di kelenteng untuk kemudian diterbangkan.

Tiga orang pria ketika itu membuka pintu sangkar dan membiarkan pipit-pipit itu terbang bebas di halaman depan kelenteng yang terletak di Jalan RE Martadinata.

Satu per satu burung pipit menemukan pintu yang terbuka dan terbang bebas, namun ada juga burung yang kebingungan dan hanya terbang di dalam sangkar. Hingga akhirnya salah satu dari tiga pria itu meraih mereka dengan tangannya.

Baca juga: Kelenteng Tien Kok Sie Solo Persiapkan Ritual Mandi Budha untuk Sambut Imlek

Meyling dan Kiesha, warga Solo etnis Tionghoa sesaat setelah melakukan Fang Sheng.Luthfia Ayu Azanella Meyling dan Kiesha, warga Solo etnis Tionghoa sesaat setelah melakukan Fang Sheng.

Saat ditemui Kompas.com, Meyling mengaku tradisi ini memiliki makna agar dirinya memperoleh karma baik.

"Ini maknanya agar mendapat karma baik,  memang ada di kebudayaan etnis kami," kata Meyling seusai melakukan fang sheng, Minggu (3/2/2019).

Melepas burung juga menjadi sebuah simbol menjalin hidup berkesinambungan dengan alam.

"Burung kan hidup di alam bebas, membiarkannya keluar dari sangkar bermakna membiarkan mereka menuju tempat hidup aslinya, di alam," ujar perempuan berusia 40 tahunan itu.

Jumlah burung yang dilepaskan pun tidak sembarangan. Ada perhitungan tersendiri yang dipercaya oleh masyarakat Tionghoa.

"Jumlah burungnya sebanyak usia kita ditambah 1," kata Meyling.

Baca juga: Imlek di Solo, Ladang Rezeki bagi Pedagang Mainan Asal Cirebon

Tidak harus burung, pemilihan jenis binatang yang akan dilepaskan sebenarnya disesuaikan dengan kondisi lokasinya.

Misalkan mereka yang tinggal di dekat laut, bisa melepaskan tukik atau anakan penyu. Sementara yang berdekatan dengan sungai, bisa melepaskan ikan-ikan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com