Menjual karya gedek tidak semulus yang dikira. Ada saat sepi juga ramai. Awal menjual gedek masih manual, promosi dari mulut ke mulut. Hasilnya memang lumayan, di antaranya: ia bisa menjual keahlian ini membuat gedek hingga ke Sumatera.
Baca juga: Kisah Sumi, Puluhan Tahun Berkeliling Jadi Pedagang Sayur Gendong
Karyanya melesat ketika Mujimin bersentuhan dengan media sosial mulai 2009. Sambil terus bikin gedek, Mujimin nyambi jadi satgas bentukan Badan Pertanahan Nasional di Kulon Progo.
Gaji selama 3 tahun menjadi satgas cukup untuk mendukung usaha kerajinannya. Ia juga mulai mengenal bisnis via internet dan memanfaatkan media sosial.
Dunia maya kian membuka lebar peluang bisnis bambu. Ia dikenal orang-orang hebat bisnis bambu dan terhubung dengan berbagai industri bambu.
Bekerja sama dengan para praktisi dan desainer arsitektur, karyanya juga dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, hingga Eropa, seperti: Denmark, Swedia hingga Spanyol.
Baca juga: Foto Jual Cilok Viral di Medsos, Siswi SMK Kebanjiran Order hingga Diundang Talk Show
Mujimin terlahir di Dusun Nabin, Sidomulyo. Desa ini mayoritas dihuni petani. Tempatnya tinggal berada sekitar 36 km dari kota Yogyakarta.
Rumahnya berada di balik medan yang berliku, turun bukit, dan melintas jalan tanah yang licin dan becek. Mujimin mengaku tidak mengenyam pendidikan tinggi. Ia bahkan sempat putus sekolah dan meneruskan dengan persamaan.
Namun, kegigihan dirinya menunjukkan pada dunia luar, bahwa orang desa yang tinggal di pelosok juga bisa merambah dunia dengan karya.
Rumahnya tak lagi beralaskan tanah dan nyaris ambruk. Rumahnya dinding seluas 5x8m, lantai keramik, dan ia punya workshop membuat kerajinan bambu 7x8m.
Baca juga: Cerita Jokowi Sukses dari Ekspor hingga Akhirnya Jadi Presiden
Kini, Mujimin merambah konstruksi bangunan dengan bahan baku bambu. Ia sudah banyak rumah makan dari bahan bambu, gapura, gazebo hingga homestay. Marjin dalam tiap proyek bisa 20 persen.
"Gedek jalan terus. Bisnis berkembang ke konstruksi," kata Mujimin.
Konstruksi memerlukan banyak tenaga kerja. Ia pun melibatkan warga desa baik untuk membangun maupun menebang bambu.
Bisnisnya terus berkembang dengan menjual sisa gelondongan bambu menjadi sumpit, tusuk sate maupun gelas dari bambu hingga furniture.
Baca juga: Kisah Anggota Polisi, Bisnis Sampingan Jualan Cilok di Pinggir Jalan
Kini, dengan keahliannya, ia bahkan kerap jadi mentor kerajinan bambu pada beberapa pelatihan.
Atau menjadi narasumber bertemakan seputar bisnis kerajinan bambu dan perlakuannya maupun diundang jadi "dosen tamu" yang bicara tentang usaha mandiri di kuliah mahasiswa semester awal pada beberapa kampus di Yogyakarta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.