Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegigihan Mujimin Menganyam Bambu hingga Karyanya Rambah Eropa

Kompas.com - 01/02/2019, 06:25 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Bangkit dari nyaris bangkrut

Mujimin mengawali dengan menjual bambu gelondongan pada tahun 2000. Jualannya demi mendukung pasar kerajinan bambu Yogyakarta yang sedang naik daun saat itu. Bisnis bambu gelondongan hanya sambilan di tengah kegiatan sehari-hari sebagai buruh tani.

Bisnis bahan baku bambu gelondongan resikonya besar. Harganya pun juga murah Rp 500 per batang sepanjang 4 meter.

Mujimin menceritakan, hidupnya pas-pasan ketika itu. Rumah terbangun dari kayu dan dinding gedek seluas 5x8 m. Lantainya tanah. Anak masih sekolah menengah pertama.

Baca juga: Perjuangan Yustina Ojing, Bertahan Membuat Periuk Tanah Liat di Tengah Arus Modernisasi

Dalam kekurangan, Mujimin sempat tertipu dan nyaris bangkrut pada tahun ke-3 usaha bambu gelondong di 2003. Ia tertekan karena ribuan batang bambu yang tidak jadi dibeli itu.

Dalam tekanan, ia membuat 9 lembar anyaman gedek dengan motif "menyan kobar" yang bentuknya kotak-kotak. Masing-masing lembar anyaman 2x3 m atau 3x3 m. Bambu berasal dari batang bambu yang tak jadi terjual itu.

Semula, Mujimin hendak memakai gedek hanya untuk memperbaiki rumah orang tuanya. Gedek belum terpasang, malah ada saja orang yang mau membeli dengan harga Rp 12.000 per meter. Kerugiannya pun segera susut.

Baca juga: Desainer Anne Avantie Jenguk Rahmat Hidayat, Difabel yang Jago Desain Busana (3)

Momen ini menjadi titik balik bagi hidup keluarganya. Ia putuskan beranikan diri menjual anyaman bambu di 2003. Kerja di dunia kerajinan ini sampai menggerus kegiatan bertani. Gedek tadinya sebagai sambilan kini jadi pekerjaan pokok, sampai sekarang.

"Tapi ada saja orang yang mengomentari sinis. Tetangga ada yang komentar 'apa anak istri mau dikasih makan gedek'. Saya semakin termotivasi. Saya akan tunjukkan harus bisa makan dari gedek ini," katanya.

Ke halaman selanjutnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com