Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Dinkes Sulut Tekan Jumlah Penderita DBD

Kompas.com - 31/01/2019, 14:45 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara terus berusaha menekan jumlah penderita dan korban meninggal akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Sulut, Steven Dandel mengatakan, langkah-langkah antisipasi terus dilakukan.

"Rapat koordinasi dengan kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) dan rumah sakit kabupaten dan kota, serta membuka posko DBD di Dinkes, rumah sakit dan puskesmas untuk memantau perkembangan DBD," kata dia dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (31/1/2019).

Selain itu, lanjut dia, semua rumah sakit di seluruh kabupaten dan kota berada di bawah pengawasan tenaga konsultan kesehatan anak dan penyakit dalam memonitor keadaan pasien-pasien di RSUD atau rumah sakit swasta.

"Tim dalam grup ini yaitu ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang Sulut, kepala bagian penyakit tropik anak RSUP Kandouw, kepala bagian emergensi anak RSUP Kandouw, dengan melakukan konsultasi via WhatsApp," ujar Steven.

Baca juga: 366 Warga Manado Terkena DBD, 8 Orang Meninggal

Dia juga mengatakan, sistem rujukan emergensi juga diberlakukan mengingat pasien harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat.

"Melakukan koordinasi dengan PMI untuk kesiapan trombosit bila diperlukan. Menyiapkan sistem pemeriksaan lab di beberapa RSUD untuk menunjang diagnosa pasti DBD," ujar dia.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Fase Demam Berdarah

Pihaknya juga menyiapkan bantuan obat-obatan dan bahan medis untuk rumah sakit yang memerlukan.

"Yang pasti, kita terus melakukan pemantauan ke semua rumah sakit bekerja sama dengan dinkes kabupaten dan kota. Data per hari dikirim ke pos DBD Provinsi Sulut," kata dia.

Dinkes Sulut telah membuat surat ke pimpinan-pimpinan agama tentang gerakan masyarakat serentak untuk pemberantasan sarang nyamuk dan jentik-jentik melalui kegiatan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.

"Edukasi 3M ke masyarakat ini juga dilakukan melalui TV, radio dan surat-surat kabar, pembagian poster ke fasilitas kesehatan dan sekolah-sekolah serta masyarakat. Melakukan fogging di area yang memiliki kasus DBD. Menyurat ke akademi-akademi kesehatan untuk meminta bantuan penyuluhan ke masyarakat soal 3M ke wilayah-wilayah risiko," tutur Steven.

"Koordinasi dengan semua pihak terkait kesehatan termasuk organisasi profesi, akademisi dan Kemenkes, serta membuat grup WhatsApp pemantauan data, konsultan ahli dan posko," tandasnya.

Baca juga: Kasus DBD di Manado, 304 Penderita, 7 Meninggal

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com