Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Nasional Komodo akan Ditata seperti Kepulauan Galapagos di Ekuador

Kompas.com - 29/01/2019, 21:23 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KUPANG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Ardu Jelamu mengatakan, Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai Barat, akan ditata secara baik seperti Kepulauan Galapagos di Ekuador, Amerika Selatan.

Menurut Marius, penataan itu akan dilakukan jika Provinsi NTT diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengambil bagian dalam mengelola TNK.

Penegasan itu disampaikan Marius, saat menggelar jumpa pers bersama sejumlah wartawan di Kantor Dinas Pariwisata NTT, Selasa (29/1/2019).

Bahkan, kata Marius, pihaknya akan bekerja sama dengan otoritas di Ekuador untuk menata dan mengelola TNK menjadi lebih baik dari saat ini.

Baca juga: Gubernur NTT Siap Benahi Taman Nasional Komodo hingga Jadi Indah

Keinginan dari pemerintah provinsi kepulauan itu, kata Marius, disampaikan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, saat bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Ekuador Diennaryati Tjokrosuprihatono.

Marius menyebut, pemerintah Ekuador menerapkan kontrol yang sangat ketat terhadap Taman Nasional Galapagos, dan betul-betul dijadikan daerah konservasi yang berkualitas tinggi.

Marius mencontohkan, seperti adanya kebijakan layanan penerbangan ke Kepulauan Galapagos yang dibatasi hanya dua kali sehari, untuk menghindari aktivitas wisata secara massal.

"Pemerintah Ekuador sangat memperhatikan konservasi alam kepulauan, karena kura-kura raksasa yang adalah binatang langkah. Pemerintah Ekuador punya komitmen besar untuk konservasi melindungi, menjaganya," ucap dia.

Marius menuturkan, untuk masuk ke Galapagos, pengunjung harus membayar tiket sebesar 1.500 dollar Amerika Serikat per orang. Pengunjung yang masuk pun hanya dibatasi 300 orang setiap harinya.

Meski begitu, wisatawan pun mengantre untuk membeli tiket masuk ke Galapagos. Aturan masuk ke Galapagos juga diperketat dan tidak semua kapal bisa masuk ke sana.

Hanya kapal khusus yang disediakan otoritas setempat.

"Pengunjung yang masuk dan keluar, akan digeledah, untuk memastikan tidak membawa barang yang mengganggu konservasi di Galapagos, termasuk juga tidak membawa keluar semua barang yang ada di Galapagos," ujar Marius.

Marius mengatakan, hal itu merupakan cara pemerintah Ekuador dalam menjaga konservasi taman nasional mereka, sehingga pemerintah NTT perlu belajar banyak.

"Tentu kita akan membentuk kerja sama antara Pulau Galapagos dan Taman Nasional Komodo," ujar dia.

Baca juga: Walhi NTT: Rencana Revitalisasi TN Komodo Harus Dilihat dari Aspek Ekologi

"Duta Besar Indonesia untuk Ekuador, sudah diskusi dengan Bapak Gubernur untuk mendorong pemerintah Indonesia dengan pemerintah Ekuador bekerja sama dalam hal cara mengelola sebuah taman nasional. Kita akan membentuk kerja sama antara TNK dan Kepulauan Galapagos, seandainya pengelolaan diberikan kepada Pemprov NTT," sambung dia.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, lanjut Marius, menginginkan agar TNK benar-benar menjadi suatu daerah konservasi yang berkualitas tinggi dan bermutu internasional seperti Galapagos.

"Kita bersyukur memiliki seorang gubernur yang memiliki ide cermelang, progresif, dan inovatif yang tidak lokal sifatnya. Beliau memiliki pemikiran internasional yang sangat hebat. Beliau memberi pesan kepada republik ini bahwa kelola sebuah taman nasional itu harus bermutu dan berkualitas tinggi," kata Marius.

Marius juga mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat ini akan segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk membahas tentang pengelolaan TNK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com