Maka digelarlah Seminar Nasional Gerakan Da'i Berkarakter Kebangsaan dengan tema Strategi dan Metode Dakwah Anti Hoaks pada Minggu (27/1/2019) kemarin.
Pesertanya 1.000 alim ulama dari tujuh kabupaten di Sumatera Utara. Tujuannya untuk menyamakan persepsi dan strategi menangkal hoaks di masyarakat.
Para tokoh agama ini diharapkan dapat memberi penjelasan yang benar, baik dalam pandangan agama.
"Bagaimana hoaks dalam pandangan agama, apa landasan teologinya. Juga mendiskusikan strategi dakwah kontemporer lewat digital dan medsos, ustaz dan ustazah harus mengetahui dan menguasai ini," ujarnya.
Baca juga: Polri Tak Tahan Penyebar Hoaks Ijazah Jokowi
Jika para alim ulama tidak menguasai dakwah kontemporer tersebut, maka kedepannya dia hanya akan mempunyai jamaah yang bisa tercerahkan tak lebih dari tiga orang saja. Itupun karena jamaah tersebut tidak punya telepon seluler.
Pasalnya, 20 tahun nanti seluruh konsentrasi adalah media dakwah kontemporer.
"Setelah pertemuan 1.000 alim ulama, kita rencanakan akan ada gerakan 1.000 masjid. Masing-masing ustaz menguasai seribu masjid, menguasai ribuan pengajian. Selama tiga bulan ini, sampai 17 April mendatang mereka berkampanye bagaimana pilpres tidak membuat NKRI pecah, saling hujat. Tidak ada lagi 'cebong kampret'" katanya lantang.
Para ustaz dan ustazah bertanggungjawab membuat suasana sejuk di masjid-masjid. Pihaknya akan mengundang badan masjid dan badan kenaziran untuk mengidentifikasi ustaz-ustaz yang melakukan fitnah, hoaks dalam dakwah dan pengajiannya.
Akan ada perjanjian dan sanksi agar mereka tidak diundang di setiap acara jika terbukti melakukan kesalahan.
Baca juga: 5 Fakta di Balik Perusakan Nisan di Magelang, Waspadai Isu SARA hingga Polisi Terus Buru Pelaku
"Setiap Jumat tema Jumatnya kali ini anti hoaks, Jumat depan pilihlah pemimpin yang Islami, itu standar. Yang Islami itu yang bisa shalat dan baca Quran, kalau tak bisa ini, jangankan jadi pemimpin, jadi suami pun tak bisa.
Intinya, dalam rangka Pilpres 2019 NKRI tetap utuh, NKRI tetap bersatu, kita tetap bersaudara, dan pemimpin baru hadir di depan kita," pungkasnya.
Tuan Guru Batak Ahmad Syahban Al Rahmani Rajagukguk mengatakan, seminar tersebut menunjukkan komitmen ulama-ulama terhadap persoalan yang sedang terjadi pada bangsa Indonesia.