Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amir Minta Maaf Berbohong, Jalan Kaki dari Medan-Banyuwangi Bukan untuk Temui Ibu

Kompas.com - 27/01/2019, 15:09 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Amiruddin (43), pria yang mengaku berjalan kaki dari Sumatera Utara menuju Banyuwangi, Jawa Timur, untuk menemui ibu kandungnya di Ketapang meminta maaf kerena melakukan kebohongan.

Amir mengaku tidak memiliki keluarga di Banyuwangi dan ibu kandungnya yang bernama Nurasiyah masih tinggal di Desa Mangga Dua, Kecamatan Tanjung Beringin, Sergai, Sumatera Utara.

Permintaan maaf tersebut disampaikan lelaki kelahiran Mandailing, 11 November 1975 di Balai Desa Ketapang, Sabtu malam (26/1/2019).

"Sebenarnya saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya merasa bersalah kepada relawan se-Indonesia. Sebenarnya tidak ada yang saya tuju di Banyuwangi. Saya hanya berjalan kaki dari Sumatera hingga ke Banyuwangi selama dua bulan lebih untuk nazar jika sembuh dari sakit," katanya.

Selain itu, dia juga menjelaskan, selama melakukan jalan kaki, ia mendapatkan bantuan sekitar Rp 25 juta dan Rp 49 juta yang dia simpan ke rekening pribadinya. Rencananya, uang tersebut digunakan untuk usaha setelah pulang ke kampung halamannya.

Sesuai dengan KTP yang dipegang, Pak Amir tercatat tinggal di Dusun III KP Mandailing, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara, dengan pekerjaan wiraswasta dan status perkawinan belum kawin.

"Tapi selama jalan kaki saya tidak meminta bantuan, termasuk tidak meminta untuk dikawal oleh para relawan. Saya minta maaf kepada masyarakat Indonesia. Sekarang saya hanya ingin pulang ke kampung saya," jelasnya.

Baca juga: Demi Temui Ibu di Banyuwangi, Amir Jalan Kaki dari Medan

Amir mengaku niat awal jalan dari Sumatera hanya untuk menjalankan nazar selepas sakit, namun dia tidak menyangka banyak orang yang bersimpati kepadanya dengan memberikan bantuan.

Ia menyebutkan, Desa Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, sebagai tujuan perjalanan karena dia pernah memiliki teman kerja yang berasal dari Banyuwangi. Temannya itu tinggal di belakang masjid di dekat Pelabuhan Ketapang.

Tanggapan kepala desa

Sementara itu, Kepala Desa Ketapang Slamet Kasihono saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/1/2019), menjelaskan bahwa Pak Amir sampai ke Banyuwangi dibawa oleh relawan yang mengikutinya mulai dari Madiun menggunakan mobil.

Pak Amir dijemput saat sampai di wilayah Besuki, Kabupaten Situbondo, dan langsung dibawa ke Balai Desa Ketapang, Banyuwangi.

"Saat tiba di Banyuwangi, saya bonceng Pak Amir ke rumah yang katanya rumah temannya. Kebetulan, rumah saya di pas di belakang masjid nomor 4. Katanya rumahnya di nomer 6, tapi tidak ada alamat yang dimaksud oleh dia," tuturnya.

Slamet kemudian berinisiatif untuk mengajak Pak Amir untuk datang ke pertemuan relawan yang digelar di Balai Desa Ketapang, Sabtu malam (26/1/2019). Pertemuan itu rencananya membicarakan penyambutan Pak Amir yang dijadwalkan tiba pada awal pekan depan

"Saya sengaja tidak bilang ke para relawan jika Pak Amir sudah di Banyuwangi. Jadi tadi malam Pak Amir langsung konfirmasi bagaimana cerita yang sebenarnya karena berita tentang Pak Amir ini sudah viral ke mana-mana," ujar Slamet.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com