Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Belajar Tunas Harapan, Asa Pendidkan Anak di Tengah Perkebunan...

Kompas.com - 26/01/2019, 08:29 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sejumlah siswa menggunakan seragam pramuka tanpa menggunakan sepatu terlihat masuk ke dalam bangunan sederhana yang terbuat dari papan kayu dengan atap asbes.

Lalu dengan riang, mereka memulai proses belajar dengan dua guru mereka, Ikul Prasetyo dan Andi Prasetyo, yang berasal dari 'Banyuwangi Mengajar'.

Ikul Prasetyo dan Andi Prasetyo sudah sejak Agustus 2018 menjadi relawan mengabdikan diri mengajar di wilayah Tlocor.

Walaupun tidak dilengkapi dengan kursi atau meja seperti kelas pada umumnya, para siswa terlihat semangat mengerjakan tugas di atas lantai yang di lapisi karpet berwarna biru.

Bangunan sederhana tersebut adalah 'Rumah Belajar Tunas Harapan'.

Baca juga: Cerita Sudadi Mulyono, Guru yang Mengajar Jokowi di SMAN 6 Surakarta

Bangunan ini dirikan sejak November 2018, untuk melayani pendidikan anak-anak yang tinggal di wilayah Tlocor dan Seling, yang berada di tengah perkebunan karet, yang masuk wilayah Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

Total ada 13 siswa mulai dari TK hingga kelas 4 SD yang belajar di rumah belajar tersebut.

Rumah Belajar Tunas Harapan adalah bagian dari SDN 7 Jambewangi. Pihak sekolah sengaja mendirikan bangunan sederhana tersebut agar anak-anak tidak perlu menempuh sekolah induk yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Tlocor.

Selain medan yang berat karena harus melalui hutan, ada beberapa anak yang tidak berangkat sekolah karena orangtuanya harus bekerja sebagai buruh di perkebunan.

"Kalau mereka berangkat sekolah sendiri tidak mungkin karena masih SD, jika orangtuanya yang mengantar berarti orangtuanya tidak bekerja dan tidak dapat uang. Akhirnya, rumah belajar ini menjadi solusi. Setiap Selasa sampai Sabtu, dua guru naik untuk mengajar, jadi anak-anak tetap dapat haknya mendapat pendidikan. Jika Senin, anak-anak yang turun untuk upacara dan berinteraksi dengan teman-temannya,” kata Kepala Sekolah SDN 7 Jambewangi Sukamto, kepada Kompas.com, Kamis (24/1/2019)

Ia mengatakan, pihak sekolah menyediakan anggaran sebesar Rp 8 juta untuk mendirikan rumah belajar tersebut.

Pembangunan rumah belajar tersebut dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat dan melibatkan semua unsur masyarakat, termasuk bantuan papan kayu dari pihak Perhutani.

"Karena ini wilayah Perhutani, maka kami juga minta izin ke Perhutani untuk mendirikan bangunan tersebut, dan alhamdulilah disetujui," ujar dia.

Semua siswa yang belajar di Rumah Belajar Tunas Harapan adalah anak dari buruh perkebunan, yang rata-rata berasal dari Kabupaten Situbondo dan Jember.

Di wilayah Tlocor sendiri, terdapat 20 kepala keluarga dan untuk wilayah Seling terdapat 7 kepala keluarga.

Baca juga: Lewati Medan Sulit untuk Mengajar, llyas Diganjar Penghargaan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com