Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2019, 12:41 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Sebuah video petani membuang tumpukan buah naga merah ke sungai karena harganya murah viral di media sosial. 

Video dengan durasi 59 detik tersebut memperlihatkan seorang laki-laki mengenakan kaos hitam membuang tumpukan buah naga di sungai.

Ora payu guwak ae. Delok en ta rek sak mene akehe. Banjir nogo. Jenenge Kaji Kanali nggak nolak blas. Kenter aman wes (Tidak laku, buang saja. Lihat saja sebanyak ini. Banjir naga. Namanya haji Kanali -sungai- sama tidak akan menolak. Hanyut aman wes),” kata laki-laki dalam video tersebut.

Total terlihat 10 keranjang besar yang berisi penuh buah naga dibuang di suang kecil.

Sementara itu, di video kedua beredar permohonan maaf dari pelaku pembuangan buah naga yang mengaku bernama Agus Widiaputra, warga RT 25 RW 3, Kedung Gebang, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi.

Baca juga: Pasar Murah Buah Naga, Warga Rela Antre dan Berdesakan

Agus menjelaskan, buah naga yang dibuang bukan buah yang bagus, tetapi sudah tidak layak dikonsumsi.

“Kemarin bingung mau dibuang ke mana, di sini tidak ada pembuangan sampah umum. Dibuang ke sawah akan mengganggu. Semoga nanti mendekati imlek ada kenaikan sehingga ada sedikit kemakmuran bagi petani dan pedagangnya,” kata Agus.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan kepada Kompas.com, Selasa (22/1/2019), mengatakan, pihaknya sudah turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan bersama dengan tim dari Kementerian Pertanian dan membenarkan bahwa buah naga yang dibuang sudah busuk dan tidak layak makan.

Selain itu, Arief menjelaskan, pihaknya sudah mendatangkan tiga perusahaan yang akan membeli buah naga langsung kepada petani buah naga Banyuwangi.

“Sudah ada tanda tangan perjanjian antara petani dan perusahaan, termasuk harga pembelian antara Rp 5.000 sampai 6.000 sesuai dengan grade buah naganya. Selain itu, pemerintah dan petani juga melakukan kesepakatan mengembangkan buah naga dengan cara yang benar. Benar menurut petani dan benar menurut pemerintah,” ujarnya.

Dia mengakui bahwa harga buah naga di pasaran anjlok, namun untuk jenis anorganik dengan harga antara Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per kilogram. Sementara buah naga organik harganya cukup tinggi, bahkan mencapai Rp 10.000 per kilogram.

“Untuk yang anorganik memang overproduksi tapi ya ini termasuk keberhasilan pertanian. Buah naga jenis ini yang dijual eceran di pasar. Tapi untuk yang organik sudah memiliki pangsa pasar khusus, termasuk untuk supermarket dan outlet besar. Bahkan untuk ekspor ke China, pembeli langsung ambil ke petani,” jelasnya.

Baca juga: Tadinya Dibuang, Ranting dan Daun Lada Kini Diolah Jadi Minyak Atsiri

Pada tahun 2017, produksi buah naga di Banyuwangi dengan luasan panen sebanyak 1.290 hektar menghasilkan panen sebanyak 42.000 ton.

“Itu besar sangat, sekali panen. Bisa dibayangkan, luasan bisa tambah setiap tahun termasuk juga produksinya. Normalnya, panen setahun sekali namun banyak petani yang membuahkannya di luar musim. Dan ini juga menjadi salah satu penyebab overproduksi buah naga di Banyuwangi,” jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com