MALANG, KOMPAS.com - Siti Hediati Hariyadi atau lebih dikenal Titiek Soeharto mengkritik pelaksanaan debat calon presiden dan calon wakil presiden perdana yang berlangsung pada Kamis (17/1/2019) malam lalu.
Menurutnya, debat yang diikuti oleh dua pasangan calon itu tak ubahnya seperti cerdas cermat.
"Kita milih Presiden, bukan milih ketua RT, RW. Jadi lebih serius lah. Jangan kayak cerdas cermat gitu," katanya saat mengunjungi Pasar Oro-Oro Dowo, Kota Malang, Minggu (20/1/2019).
Baca juga: Debat Selanjutnya, KPU Tak Akan Berikan Kisi-kisi ke Paslon
Politisi Partai Berkarya itu bahkan meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara Pemilu untuk mencontoh debat capres-cawapres di negara-negara maju. Sehingga masyarakat tidak hanya disuguhi tontonan, melainkan juga mendapat pemahaman tentang visi dan misi masing - masing kandidat.
"Katanya mau nyontek demokrasi Amerika dan negara-negara besar. Untuk ini nyontek aja juga gitu ya. Bagaimana debat capres itu harus betul-betul. Jadi rakyat ini disuguhi bukan tontonan ya, tapi mengetahui visi misi yang akan diberi kepercayaan untuk memimpin bangsa ini," jelasnya.
"Jangan kayak cerdas cermat lah itu. Serius lah," imbuhnya.
Titiek Soeharto juga mengkritik kisi-kisi pertanyaan debat yang diberikan KPU kepada pasangan calon sebelum berdebat. Menurutnya, menjadi sesuatu hal yang lucu ketika pemandu debat menyatakan pertanyaan masih tersegel namun isinya sudah diketahui terlebih dahulu.
Baca juga: KPU Berencana Ubah Format Debat untuk Optimalkan Penampilan Kandidat
"Ini kata medsos neh, pertanyaanya masih disegel, si pembawa acara (bilang) pertanyaan masih disegel tapi pertanyaan sudah dikreppean (dicontekan). Lucu ya. Ini pemilihan kepala negara ya," ungkapnya.
Debat perdana yang berlangsung pada Kamis (17/1/2019) itu diikuti oleh pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.