Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Prediksi Badai, Aplikasi Buatan Dosen ITB Dilirik Arab Saudi

Kompas.com - 17/01/2019, 13:17 WIB
Agie Permadi,
Khairina

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com — Dosen Institut Teknologi Bandung Dr Armi Susandi memamerkan aplikasi bernama Hidrometeorological Hazard Early Warning System (H-HEWS) saat mengikuti Festival Janadriyah Ke-33 di Riyadh, Arab Saudi, belum lama ini.

Melalui aplikasi tersebut, ITB membuka peluang kerja sama dengan Arab Saudi dalam penerapan pengaplikasiannya.

Dikutip dari laman ITB, bencana badai yang kerap terjadi di Arab Saudi belakangan ini telah menimbulkan dampak kerugian materi dan jiwa yang cukup besar.

Sementara alat tersebut memiliki fungsi dapat mendeteksi badai di Arab Saudi dan juga dapat memberikan informasi prediksi badai pasir, gelombang panas, hujan lebat, dan cuaca ekstrem lainnya dengan tingkat keakuratan mencapai 85 persen. Hal itulah yang menarik perhatian pengunjung dan Pemerintah Arab Saudi.

"Sistem tersebut bisa memprediksi tiga hari ke depan per tiga jam," ungkap Armi dikutip dari laman ITB, Kamis (17/1/2018).

Baca juga: Dosen IPB Asal Banyuwangi Ini Ciptakan Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi

Saat ini, aplikasi yang dibuat Armi dan tim ini baru bisa dioperasikan lewat website (komputer), pengembangan selanjutnya akan dibuat aplikasi khusus yang bisa digunakan di Android dan iOS.

Saat ini, aplikasi tersebut sedang dalam proses paten HAKI. Meskipun yang dipamerkan masih berupa prototipe, menurut Armi, sudah berfungsi 80 persen. Bahkan, saat pameran sudah diuji coba langsung.

"Sistem ini dirancang untuk digabung dengan data lainnya. Misalnya data kependudukan, data rumah sakit, data sungai, data rumah, jalan, dan lain lain. Ini produk ITB dan kami membangunnya hanya dua minggu sebelum festival ini," katanya.

Fitur utama dalam sistem tersebut digunakan untuk memprediksi temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban, dan tekanan udara.

Selain itu, fitur peringatan bencana juga untuk potensi bencana badai pasir, angin kencang, gelombang panas, dan hujan lebat.

Apalagi, kata Armi, sistem yang dibuat sudah memakai bahasa Arab sehingga memudahkan orang Arab untuk menggunakannya.

"Kenapa kami buatkan khusus, sebab demi mewujudkan ITB sebagai entrepreneurial university, menghilirkan produk teknologi kita sehingga dipakai oleh masyarakat," katanya.

Prediksi badai yang dilakukan alat tersebut menggunakan satelit, namun nanti akan dikombinasikan dengan data lapangan setelah kerja sama terjalin.

Menurutnya, aplikasi tersebut memiliki tingkat keakuratan sangat baik karena daerah Arab Saudi tidak banyak memiliki gunung dan lembah.

"Prediksi di wilayah padang pasir itu lebih gampang daripada di wilayah kepulauan. Bahkan, alatnya itu pun bisa dikembangkan dengan sampai akurasi per kilometer. Namun, perlu server yang lebih besar. Tergantung nanti permintaan dari Arab Saudi," ucapnya.

Kompas TV Penyebaran hoaks surat suara dicoblos berbarengan dengan munculnya rekaman percakapan lewat aplikasi pesan instan whatsapp. Dalam rekaman percakapan ini pelaku menyebut ada 7 kontainer surat suara di Tanjung Priok yang sudah dicoblos untuk pasangan nomor urut 01.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com