Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Berangnya Kill The DJ karena "Jogja Istimewa" Dipakai untuk Yel-yel Kampanye

Kompas.com - 16/01/2019, 19:27 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Moh Marjuki atau Marzuki Mohamad alias Kill The DJ berang ketika mengetahui bahwa lagu "Jogja Istimewa" yang diciptakannya diubah liriknya untuk dijadikan yel-yel kampanye pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Dia mengamuk di Twitter lalu melapor ke polisi karena tidak terima. Dia menegaskan bahwa sejak awal, dia tidak ingin lagu itu dikomersilkan. Apalagi digunakan untuk kepentingan politik.

"Saya tidak akan mengingkari nilai-nilai dan spirit lagu itu hanya untuk kampanye pilpres. Pun di 2014, saya mendukung Jokowi tetapi saya tidak menggunakan lagu itu, mengutak-atik lagu itu," ujarnya di Mapolda DIY, Selasa (15/1/2019).

"Beberapa kali mungkin lebih dari 10 kali banyak iklan atau kepentingan-kepentingan komersial yang akan menyewa menggunakan lagu itu, saya sama sekali tidak akan mengizinkan," imbuhnya kemudian.

Baca juga: 5 Fakta Yel-Yel Jogja Istimewa Pendukung Prabowo-Sandi, Tanpa Izin dari Kill The DJ hingga Dilaporkan ke Polisi

Mengapa personel Jogja Hip Hop Foundation ini tidak mau memberikan izin kepada siapa pun untuk menggunakannya untuk kepentingan komersial dan kampanye?

Baginya, lagu "Jogja Istimewa" memiliki nilai-nilai historis yang luar biasa.

"Lagu itu (Jogja Istimewa) bagi saya sendiri mempunyai nilai historis yang luar biasa, seperti membayar utang rasa saya terhadap Yogyakarta yang saya cintai," ujar Kill The DJ.

 

Dia menuturkan, lagu "Jogja Istimewa" diciptakan setelah dia membaca buku tentang sejarah Yogyakarta.

"Saya membaca buku tentang sejarah Yogyakarta dan nilai-nilai tentang semangat Yogyakarta, membaca takhta untuk rakyat. Saya kagum sekali dengan Sultan HB IX," tuturnya.

Baca juga: Penjelasan BPN Prabowo-Sandi DIY soal Lagu Jogja Istimewa Diubah untuk Capres

Selain itu, lanjut Kill The DJ, ada banyak kalimat yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno yang menginspirasi terciptanya lagu "Jogja Istimewa".

"Banyak kalimat Soekarno yang menginspirasi lagu itu, ketika ibu kota Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Banyak budi pekerti lainnya yang hidup dan tumbuh di Yogyakarta," ungkapnya.

Lagu "Jogja Istimewa", lanjut dia, populer saat peristiwa Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Lagu yang diciptakannya ini dinyanyikan oleh Jogja Hip Hop Foundation. 

Tak ada motif politik

Sementara itu, Kuasa Hukum Kill The DJ, Hilarius Ngaji Merro, menegaskan bahwa tidak ada motif politik maupun ekonomi dalam laporan kliennya ke polisi.

Kill The DJ, lanjut dia, melapor karena lagu karyanya yang sudah terdaftar hak ciptanya diubah dan digunakan tanpa izin.

"Kami mau mengatakan bahwa ada undang-undang yang mengatur hak cipta yang dilanggar," ujar Hilarius saat dihubungi, Rabu (16/1/2019).

Baca juga: Kasus Lagu Jogja Istimewa Diubah Liriknya, Polda DIY Memilih Hati-hati

Hilarius mengimbau masyarakat tidak menilai bahwa pelaporan ke polisi yang dilakukan Kill The DJ bermotif ekonomi dan politik.

"Jangan dipandang ada motif ekonomi, mendukung Pak Jokowi atau menjelekkan Pak Prabowo, walaupun lagunya dinyanyikan untuk kepentingan Pak Prabowo. Kami tidak ada motivasi apa pun selain adanya pelanggaran hak cipta," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com