Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Irwan, Petugas Damkar Klaten yang 80 Kali Disengat Tawon "Ndas"

Kompas.com - 16/01/2019, 15:10 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi


KLATEN, KOMPAS.com — Irwan Santoso pernah mengalami 80 kali sengatan tawon Vespa affinis atau warga lokal menyebutnya tawon endas atau ndas yang berkembang di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dua tahun terakhir.

Sebagai petugas Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar), Irwan mengatakan, melaksanakan pemberantasan sarang tawon merupakan hal baru bagi dirinya. Selama ini, ia harus berjibaku memadamkan api saat terjadi kebakaran.

Pengalamannya melaksanakan pemberantasan terhadap sarang tawon dimulai tahun 2017. Ia mendapat laporan untuk melaksanakan operasi tangkap tawon (OTT) di Kecamatan Cawas.

Bersama tim OTT, Irwan bergerak menuju lokasi OTT. Begitu sampai di lokasi, Irwan dan tim OTT langsung diserang kawanan tawon Vespa affinis.

Baca juga: BERITA POPULER NUSANTARA: Fenomena Serangan Tawon di Klaten hingga Lolosnya Anies dari Sanksi Bawaslu

Tim OTT lain berhasil menyelamatkan diri dari serangan tawon, Irwan justru terjebak di dalam mobil. Irwan yang belum memakai alat pelindung diri mendapat serangan dari puluhan tawon.

Sekujur tubuh Irwan pun penuh dengan sengatan tawon. Kemudian, Irwan dilarikan ke Poliklinik Palang Merah Indonesia (PMI) Klaten untuk mendapat penanganan medis.

"Ada sekitar 20 sengatan tawon di sekujur tubuh saya. Saya kira di dalam mobil itu aman. Ternyata tawon masuk melalui sela-sela mesin mobil dan sebagainya," kata Irwan, Senin (14/1/2019).

Irwan menjelaskan, fenomena munculnya tawon ndas di Klaten terjadi pada akhir tahun 2016. Namun, pemberantasan sarang tawon tersebut baru dilaksanakan tahun 2017.

Irwan menyebutkan, selama tahun 2017 ada sekitar 217 sarang tawon Vespa affinis yang berhasil dimusnahkan. Kemudian, tahun 2018 ada 247 sarang yang dimusnahkan dari 300-an laporan warga.

Menurut Irwan, keganasan tawon ndas telah mengakibatkan sedikitnya tujuh orang meninggal dunia selama dua tahun terakhir. Tawon ini bisa menyengat korbannya berulang kali sampai racun di tubuh tawon itu habis.

Racun tawon Vespa affinis menyerang sistem ginjal. Jika tidak ditangani dengan cepat, maka racun tawon akan menyerang ginjal dan dapat menyebabkan kematian.

"Dua tahun terakhir sudah ada tujuh warga Klaten yang meninggal karena sengatan tawon Vespa affinis," katanya.

Meski sudah banyak yang dimusnahkan, sarang tawon ini masih banyak ditemukan di beberapa wilayah di Klaten.

Di awal tahun 2019, Damkar Klaten telah memusnahkan sekitar 15 sarang tawon, sedangkan dalam proses pemusnahan masih ada sekitar 30 sarang tawon.

Tawon Vespa affinis suka membuat sarang di pohon. Paling banyak sarang tawon ini ditemukan di daerah permukiman warga. Tempatnya tersembunyi, jauh dari aktivitas manusia.

"Tawon ini dapat hidup di cuaca yang panas," urainya.

Persebaran sarang tawon Vespa affinis merata di berbagai daerah di Klaten. Di tahun 2018 paling banyak ditemukan di Klaten Utara. Irwan menguraikan, pengendalian tawon Vespa affinis dilakukan dua cara.

"Pengendalian pertama kami sedot pakai blower. Ini biasanya kami lakukan di permukiman. Sarang tawon kami hisap masuk ke blower lalu kami musnahkan. Karena kalau ratunya lepas bisa membuat sarang baru lagi," katanya.

Baca juga: Duduk Perkara Fenomena Sengatan Maut Tawon Ndas

Pengendalian selanjutnya, sambung Irwan, dengan cara dibakar. Ini dilakukan apabila sarang tawon berada di pohon. Pemusnahan sarang tawon biasa dilaksanakan pada malam hari.

"Metode pembakaran perlu khusus. Apinya kita buat besarnya harus menutup sarang. Ketika keluar sayapnya akan terbakar," ujarnya.

Laboratorium Ekologi Hewan, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sih Kahono menambahkan, sumber pakan yang melimpah membuat populasi tawon Vespa affinis meningkat. Hal inilah yang membuat populasi tawon jenis ini meningkat sejak dua tahun terakhir di Klaten.

"Kemampuan reproduksi tawon Vespa affinis itu yang betina bisa menghasilkan telur dalam fase periode hidup bisa puluhan ribu hingga ratusan ribu. Musim hidupnya cukup panjang sehingga mendorong populasi tawon ini sangat tinggi," jelas dia.

Kahono juga menjelaskan, meningkatnya populasi tawon ini juga karena kemampuannya mengembangkan koloni baru atau ratu baru.

Kemampuan mengembangkan koloni baru ini didukung dengan melimpahnya sumber pangan, lingkungan serta tidak adanya hewan pesaingnya.

"Yang menjadi masalah kalau tawon ini bersarang di permukiman warga. Tawon ini bisa menyerang kalau kondisinya terancam. Inilah yang kemudian mengkhawatirkan bagi warga," kata dia.

Lebih lanjut, sarang tawon tersebut boleh saja dimusnahkan dengan cara bijaksana. Artinya, jika keberadaan tawon tersebut sudah benar-benar mengkhawatirkan bagi keselamatan masyarakat.

"Tidak kemudian juga membunuh, memberantas koloni-koloni yang sebenarnya tidak apa-apa. Tidak berbaya terhadap manusia. Seperti di pohon yang tinggi, dan tempat-tempat yang tidak ada aktivitas manusia. Tapi kenapa itu harus dibunuh juga? Biarlah hewan itu hidup dengan catat berilah tanda di sekitar sarang tawon itu supaya tidak didekati manusia," ungkapnya.

Kompas TV Mereka memilih menghentikan pencarian jenazah pendaki asal Brebes, Saidin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com