Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Istri TKI Asal Siantar Saat Bertemu Suaminya di Penjara Malaysia

Kompas.com - 16/01/2019, 11:27 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe,
Khairina

Tim Redaksi



PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com-Asnawati boru Sijabat (34), istri dari Jonathan Sihotang (31), terdakwa hukuman mati di Pengadilan Penang di Malaysia, mengungkap pertemuannya dengan suaminya itu, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Asnawati kepada KOMPAS.com, Rabu (16/1/2019) pagi sekitar pukul 06.50 WIB menuturkan, dia dan suaminya, Jonathan bertemu di penjara Reman, Penang, Malaysia pada Sabtu (14/1/2019).

Sebelum bertemu, dia diminta ke Konsulat Jenderal RI (KJRI) terlebih dulu. Di sana, dia menemui pihak konsulat yang secara khusus menangani dan akan membela kasus Jonathan selama persidangan.

Pihak KJRI sudah mengutus pembela yang mendampingi Jonathan pada sidang perdana 31 Desember 2018 lalu.

Menurut Asnawati, di KJRI dia bertemu dengan bagian-bagian yang membantu menangani kasus suaminya. Pihak KJRI menginginkan ada kerja sama antara mereka dengan suami untuk bisa lebih bisa fokus dan tahu kronologisnya.

"Mereka yang membantu kasus suami saya ini, merasa belum jelas kronologis terjadinya peristiwa itu," terang Asnawati.

Baca juga: Perjuangan Istri TKI Asal Siantar yang Terancam Hukuman Mati di Malaysia...

Setelah pihak KJRI menjelaskan upaya-upaya yang akan mereka lakukan untuk memperjuangkan pembelaan terhadap suaminya, barulah Asnawati sadar dan yakin bahwa pemerintah benar-benar memperjuangkan pembelaan buat suaminya.

"Mereka itu pun berharap agar saya bisa menguatkan suami bahwasanya suami tidak sendiri dan harus bisa tegar," kata Asnawati.

Setelah dari KJRI, Asnawati didampingi salah seorang kakak iparnya, mendatangi penjara Reman di Penang. Di sana dia dipertemukan dengan suaminya, Jonathan.

Hanya saja, dia dan Jonathan tak bisa bertemu langsung. Mereka dibatasi oleh cermin dan jerjak. Komunikasi bisa dilakukan melalui saluran telepon umum yang ada di dalam penjara.

"Sedih sangat teramat dengan keadaan kami yang terjadi sekarang ini. Terasa dunia ini begitu sempit dan tidak nyaman," ungkapnya.

Ibu dua anak yang bekerja di Kuala Lumpur itu kemudian menuturkan, saat komunikasi dimulai, suaminya, langsung menyampaikan permohonan maaf padanya. Asnawati memaklumi dan mengatakan semua sudah terlanjur terjadi. Dia lalu menguatkan Jonathan.

"Daddy harus kuat dan tegar ya," ungkapnya, menirukan apa yang dia sampaikan kepada Jonathan.

Itu kemudian membuat Jonathan menjadi tegar dan kuat.

"Melihat Mami sehat dan kuat, Daddy juga sudah kuat, Mi," balas Jonathan, saat itu.


Kronologi kejadian

Pada kesempatan itu, Asnawati bertanya bagaimana kejadian sebetulnya, sehingga sampai terjadi pembunuhan yang mengakibatkan tewasnya majikan Jonathan bernama Sia Seok Nee (44), warga Kilang Toto Food Trading No. 4897, Kampung Selamat, Tasek Gelugor, Malaysia.

Awalnya, sesuai pengakuan Jonathan, dia menuntut sisa gaji kepada majikannya. Bukannya memberikan, majikannya malah menolak.

Baca juga: TKI Asal Siantar Terancam Hukuman Mati di Malaysia

"Suami cerita tentang duit. Duit (gaji) suami yang mula-mula Rm15.000 di sana. Bosnya sudah (berjanji) memberikan Rm15.000. Namun, si korban (majikan) hanya memberi Rm 3000 saja dan mengatakan, jika masuk Malaysia lagi nanti baru akan diberi keseluruhannya. Majikan menghitungnya tidak sesuai dengan kesepakatan dan justru mengurangi jumlahnya," tutur Asnawati.

Tak cuma menolak memberikan sisa gaji, majikan Jonathan justru menyampaikan fitnah bahwa istri Jonathan selingkuh dengan pria lain di Kuala Lumpur.

Sontak saja Jonathan tidak terima dan mengingat-ingat tuduhan negatif majikannya itu, Jonathan yang sudah dibalut emosi pun melakukan tindakan pembunuhan terhadap majikannya.

"Karena bercampurnya cerita duit dan gaji yang tidak sesuai ditambah perkataan si korban yang berkata yang buruk-buruk tentang saya dengan laki-laki lain, itulah membuatkan suami langsung berbuat tindakan tersebut," ujar Asnawati, menyebut suaminya sampai terisak saat menceritakan kronologis kejadian.

Asnawati mengaku kaget, dan bisa memahami mengapa Jonathan bisa berbuat sejauh itu. Jonathan, katanya, tak bisa mendengar dari siapapun yang berkata bukan-bukan tentang istrinya.

"Sebab itulah saya katakan, suami saya bukanlah yang jahat. Suami saya orang penyayang dan bertanggung jawab," tegas perempuan yang sudah 7 tahun di Malaysia itu.

Bertanya kabar orangtua dan anak


Kerinduan Jonathan pada keluarga terutama dua anaknya, belum bisa terpuaskan. Dia hanya bisa menanyakan kabar dua buah hatinya, Risna (8) dan Jonas (1), pada Asnawati.

Jonathan juga menanyakan kabar ayah ibunya di Pematangsiantar dan mertuanya di Binjai, Sumatera Utara.

Asnawati memastikan keluarga sehat, memberikan dukungan dan doa untuk Jonathan agar bisa melewati masa-masa sulit.


"Saat dia tanyakan keadaan Mamak di Siantar, saya jawab sehat tapi Inang (mertua perempuan) kerap sedih dan menangis, lalu suami pun ikut menangis," tutur Asnawati.

Asnawati kepada Jonathan menyebut, putri mereka, Risna sering bertanya kapan bapaknya pulang. Saat diceritakan begitu, Jonathan pun menangis.

"Risna baik-baik saja, namun Risna kerap bertanya sama Mami. Mami, Mami, kapan Bapak pulang. Suami saya langsung menangis dan berkata, anakku Risna," sambung Asnawati.

Sedangkan si bungsu, Jonas saat ini sedang belajar jalan. Jonathan juga menangis saat Asnawati menuturkan putra mereka itu sudah mulai bisa berjalan sendiri.

Saking rindunya, Jonathan kepada Asnawati berpesan agar membawa foto anak-anaknya di telepon seluler saat berkunjung kembali.

"Saya jawab ya. Sebenarnya banyak foto anak-anak dalam HP tapi saat pengunjungan tidak dibenarkan membawa HP ke dalam," katanya.

Cincin pernikahan

Sebelum Jonathan kembali ke selnya, dia sempat bertanya, di mana cincin pernikahan mereka.

Asnawati menunjukkan di jarinya dan cincin milik Jonathan di dompet. Dia berpesan agar keduanya disatukan dalam kalung milik Asnawati.

"Suami minta cincin nikah suami disatukan ke kalung saya dan saya buat sesuai permintaan suami," katanya.

Asnawati menyebut, sembari berurai air mata dia meminta suaminya banyak berdoa, jika boleh berpuasa minta ampun kepada Tuhan.

Apalagi saat ini kasus Jonathan sudah diketahui luas dan mendapat doa dan dukungan di Indonesia. Pemerintah Indonesia pun sudah menyediakan pengacara untuk membantu.

"Tolong jangan tunjukkan keras dan egoisnya Daddy dalam situasi ini, karena semua ini juga kesalahan dan cobalah tunjukkan rasa bersalah Daddy dan jika perlu ungkapkan pada keluarga korban rasa penyesalan dan minta maaf Daddy pada mereka jika keluarga korban ada di sana," ujar Asnawati saat berpesan pada Jonathan.

Diketahui, Jonathan Sihotang (31), seorang TKI asal Pematangsiantar terancam hukuman mati di Malaysia, karena dituduh membunuh majikannya pada 19 Desember 2018.

Parluhutan Banjarnahor dari LBH Pematangsiantar menyebutkan, kasus yang menjerat pria warga Jalan Damar Laut, Pematangsiantar, itu bermula dari kecewa dan sakit hati terhadap majikannya di pabrik pengawetan daging olahan.

Jonathan sudah menjalani sidang perdana di Mahkamah Majistret pada 31 Desember 2018. Agenda sidang, jaksa penuntut membacakan dakwaan di hadapan hakim dan persidangan akan dilanjutkan pada 1 Februari 2019.

Selain membunuh majikan perempuannya, Jonathan juga didakwa menciderai dua anak laki-laki di Tasek Gelugor, Malaysia.

"Dugaan pembunuhan tersebut terjadi pada 19 Desember 2018. Dalam persidangan, Jonathan dituntut hukuman mati. Jonathan saat ini ditahan di Penjara Pulau Pinang, Georgetown," ungkap Parluhutan.

Kompas TV Sebanyak 47 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang diselundupkan secara ilegaldari Pulau Cemara ke Malaysia digagalkan petugas patroli polair Polda Kepri di Perairan Barelang, Batam, Kepulauan Riau.<br /> <br /> 47 TKI ilegalyang terdiri dari 45 laki-laki dan 2 perempuan langsung dibawa di kantor polair Polda Kepri.<br /> <br /> Kepolisian langsung melakukan pemeriksaan dan pendataan terhadap seluruh TKI ilegal itu.<br /> <br /> Pengiriman TKI ilegal ini berhasil digagalkan setelah petugas patroli Kapal Motor Baladewa curiga melihat sebuah speedboat keluar dari sebuah pulau.<br /> <br /> Pada saat dilakukan pengejaran dan pencegahan, petugas menemukan seluruh TKI ilegal itu berada di dalam speedboat, sementara nakhoda melarikan diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com