Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Korban Investasi Bitcoin BTC Panda: Dijemput Ferrari dan Menginap di Hotel Mewah Malaysia

Kompas.com - 11/01/2019, 12:40 WIB
Heru Dahnur ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com — Andre Effendi (49) berulangkali membolak-balik berkas laporan polisi yang ditaruh di sebuah meja.

Pikirannya pun menerawang. Mengingat kembali saat masa awal tergiur investasi virtual menggunakan Bitcoin.

Ketika itu pada 8 Mei 2016, Andre serta 24 anggota jaringan BTC Panda bertolak ke Malaysia untuk menghadiri malam apresiasi bagi para anggota.

Sejumlah mobil mewah, termasuk di antaranya Ferrari, tiba di bandara untuk mengantarkan para tamu menuju hotel.

"Kami merasa yakin. Semua pelayanan yang kami terima terbilang mewah. Bahkan Ferrari pun digunakan menjemput kami," kata Andre saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (11/1/2019).

Baca juga: Ratusan Warga di Bangka Tertipu Investasi Virtual Menggunakan Bitcoin

Andre merupakan leader untuk jaringan wilayah Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Ia hadir berombongan untuk melihat langsung potensi investasi Bitcoin yang pendaftarannya dilakukan melalui situs internet.

"Acara di hotel dihadiri sekitar 500 orang dari berbagai negara," ujarnya.

Usai malam apresiasi, anggota jaringan BTC Panda kemudian dikenalkan dengan pengelola inti berinisial HM dan NO. Selain presentasi investasi, mereka juga saling memperkenalkan anggota keluarga masing-masing.

"Bertamu ke rumah mereka dan saya tahu orangnya anak profesor. Bagaimana tidak yakin?," ujarnya.

Belakangan semua yang dipaparkan dalam skema investasi tidak berjalan sesuai harapan. Uang ratusan juta terlanjur digelontorkan untuk membeli Bitcoin.

Dugaan adanya penipuan menguat karena beberapa situs yang digunakan kemudian dihapus pengelola. Komunikasi yang kian sulit, serta tidak adanya imbal balik investasi membuat kasus ini berakhir di kantor polisi.

Baca juga: Jadi Korban Investasi Bodong, 30 Wanita di Prabumulih Lapor Polisi

"Ada banyak kelompok jaringan. Induknya sama. Salah satunya kami tergabung di BTC Panda," beber Andre dengam raut wajah kecewa.

Bapak dua anak ini tidak hanya memikirkan uang investasi pribadi, tapi juga uang investasi anggota jaringan yang masuk melalui akun miliknya.

"Beberapa kali saya harus membayar sendiri uang anggota. Ada yang Rp 10 juta, ada yang Rp 30 juta. Itu pun masih banyak yang masih terbenam," tutur andre sembari membetulkan letak kopiah putih yang miring di kepalanya.

Andre sendiri dalam laporan polisi menyebutkan kerugian materi Rp 480 juta. Pertama kali nilai Bitcoin yang dibayarkan Rp 5 juta.

Sementara saat ini nilainya berfluktuatif di kisaran Rp 53 juta per Bitcoin. Total sebanyak 1.695 Bitcoin anggota jaringan BTC Panda masih tertahan di akun induk yang berbasis di Malaysia.

Titik terang

Berselang dua tahun sejak kasus dilaporkan belum ditemukan titik terang. Belakangan, Polda Metro Jaya yang menerima laporan awal, melimpahkan kasus tersebut ke Polda Kepulauan Bangka Belitung.

"Kami berharap kasus ini diungkap dan pelakunya ditangkap. Bukti-bukti sudah kami serahkan," ucapnya.

Kasubdit II Direktorat Kriminal Umum Polda Kepulauan Bangka Belitung AKBP Rully Tirta Lesmana membenarkan adanya limpahan kasus terkait investasi virtual menggunakan Bitcoin.

"Pelapor tergiur bagi hasil 15 persen dalam 15 hari. Atau 1 persen setiap harinya," kata Rully yang ditemui Kompas.com di Mapolda Bangka Belitung.

Rully mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan dan telah menghimpun keterangan dari pelapor.

"Kasusnya ini ke penipuan jadi dilimpahkan ke kriminal umum. Saat di Polda Metro ditangani kriminal khusus karena terkait transaksi internet," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com