PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com-Sejumlah marga etnis Simalungun, selama ini selalu dikaitkan asal usulnya dengan suku Batak Toba atau Tapanuli. Salah satunya adalah marga Purba Tambak.
Untuk merunut, membahas, memilah, dan merevisi sejarah yang sudah lama tertanam itu, dosen sejarah dan penulis buku, Herman Purba Tambak membeberkan hasil kajiannya dalam sebuah focus group discussion (FGD) di depan kampus Universitas Simalungun, Pematangsiantar, Kamis (10/1/2019).
"Saya memiliki Pustaha Bandar Hanopan, Pustaha Silou hingga Pustaha Malasori. Hampir tak ada pendapat yang menyatakan bahwa leluhur Purba Tambak berasal dari Tapanuli," ungkapnya.
Dia menyebutkan, tidak ada data sebelum masa Purba Tambak membuka perkampungan di Tambak Bawang. Hanya ada cerita turun temurun dari orangtua bahwa leluhur mereka datang dari Hindia Belanda sampai di Teluk Kampai, Aceh.
Baca juga: Ada Pemberhentian Massal Tenaga Honorer di Simalungun, Guru Honorer Aman
Dikatakan, dalam Pustaha Silou disebutkan, Tuan Horsik di Tambak Bawang, kelak bergelar Jigou melakukan perjalanan marultop (menyumpit) hingga tiba di ibu kota Kerajaan Nagur.
Karena kepandaiannya, dia diangkat menjadi pasukan Kerajaan Nagur hingga menjadi menantu Raja Nagur, membantu dalam menghadapi serangan dari Kerajaan Aceh.
Tiga putera mahkota Nagur tewas dalam perlawanan menghadapi Aceh, menyebabkan menantunya Tuan Horsik, gelar Raja Jigou meneruskan pemerintahan.
Kepemimpinan Purba Tambak mengalami peralihan, sejak menjadi penguasa tunggal, masa kerajaan berempat (Silou, Panei, Siantar, Tanah Jawa) hingga kerajaan bertujuh dan dinasti terakhir dikenal Raja Dolog Silou, Tuan Bandaralam Purba Tambak.
Dalam kesempatan itu, sejumlah peserta FGD, seperti sejarawan Juandaha Raya Purba Dasuha, tokoh Simalungun Sarmedi Purba mencoba menguji paparan Herman Purba Tambak yang menyinggung hubungan Purba Tambak dengan marga Purba lainnya seperti Tua, Tanjung, Sigumonrong, Silangit, Tarigan Tambak, Lombang, Girsang (Partandja Batu), Siboro, Tondang, Dasuha, Sidadolog, dan Sidagambir.
Sarmedi bahkan mempertanyakan sumber data sejarah seraya meminta bagaimana agar apa yang disampaikan mendapat pengakuan publik. Jauh ke depan, juga agar masuk dalam literasi intenasional.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.