Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapat Mesin Pengering, Petani Senang Bisa Atasi Kadar Air Tinggi

Kompas.com - 11/01/2019, 08:08 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

 

GORONTALO, KOMPAS.com - Mata para petani terlihat berbinar gembira saat sebuah mesin dihidupkan di balai desa setempat.

Inilah mesin pengering (dryer) yang akan membantu pengeringan padi atau jagung hasil panen mereka.

Musim hujan yang menjadi masalah proses pengeringan hasil pertanian sudah teratasi dengan hadirnya mesin ini.

“Musim hujan seperti sekarang ini menjadi momok para petani, kini masalah itu akan teratasi dengan mesin pengering ini,” kata Ahmad, petani Desa Moahudu, Kecamatan Tabongo, Kabupaten Gorontalo, Kamis (10/1/2019).

Baca juga: Jokowi soal Beras: Jangan Sampai Masyarakat Senang, Petani Enggak Senang...

Dua mesin ini memang diperuntukkan bagi petani desa ini yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo.

Petani memang sangat membutuhkan mesin pengering ini. Penanganan pascapanen memang harus disiapkan,” kata Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim saat meninjau mesin pengering.

Masalah tingginya kadar air pada hasil pertanian masyarakat, terutama padi dan jagung sangat merugikan mereka. Kadar ini menjadi tolok ukur harga jual hasil pertanian kepada pihak lain.

“Kalau kadar airnya tinggi, kualitas dan harga produk pertanian akan rendah,” ujar Idris Rahim.

Kehadiran mesin ini akan meningkatkan mutu padi dan jagung, kadar airnya rendah pasti harganya lebih tinggi. Pendapatan petani pun meningkat,” ujar Idris Rahim.

Kepada para petani, Idris Rahim meminta untuk memelihara mesin pengering agar bisa digunakan dalam waktu yang lama.

Pada lokasi yang sama, Kepala Dinas Pertanian Muljady Mario menjelaskan, pada tahun 2018 telah memberikan bantuan pembangunan 10 unit mesin pengering kepada kelompok tani di seluruh kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo.

Mesin pengering tersebut terdiri dari dua, mesin yang berkapasitas enam ton dan 10 ton dengan anggaran masing-masing Rp 800 juta dan Rp 900 juta per unitnya.

Kompas TV Leuit atau lumbung padi biasa ditemukan di Desa Biawak, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Inilah tradisi masyarakat sejak zaman dulu dan diwariskan secara turun temurun kepada generasi penerus. Sayangnya kini kebiasaan itu semakin hilang terkikis zaman. <em>Leuit</em> kini hanya dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan padi secara individual. Tak lagi dimanfaatkan oleh semua warga. <em>Leuit</em> biasa menampung padi untuk digunakan pada musim paceklik tiba. Di tahun 1960, lembaga sosial desa atau LSDmengubah sistem <em>leuit</em> menjadi koperasi unit desa. Saat ini padi para petani langsung masuk ke Bulog dan mengurangi fungsi <em>leuit</em>.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com