Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nuriman: dari Tukang Servis Keliling, Kini Sukses Usaha Reparasi Limbah Payung

Kompas.com - 11/01/2019, 07:00 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com – Musim hujan yang sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu, membawa berkah tersendiri bagi Nuriman (55).

Warga Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon ini meraup untung berkali lipat dari usaha reparasi limbah payung.

Tak disangka, hasil kreatifitasnya tersebar di sejumlah daerah di pulau jawa. Nuriman yang semula tukang servis payung keliling di ibukota sekitar 20 tahun silam, kini memiliki sekitar 15 karyawan di daerahnya.

Aktivitas produksi di halaman rumah Nuriman tidak pernah sepi. Sejumlah warga terus berkerja memperbaiki payung-payung yang sudah rusak. Mereka merombak dan kemudian memperbaiki kembali payung hingga berfungsi dengan baik.

Baca juga: Kurangi Limbah, Anak-anak Panti Asuhan di Bandung Daur Ulang Sabun

Sejumlah pekerja yang berasal dari warga sekitar memiliki masing-masing tugas yang berbeda. Ada yang bertugas memperbaiki kerangka yang patah, mengecat kerangka yang sudah kusam, mencopot kain payung dan kembali memasangnya, serta membungkus ke dalam plastik.

Fadhilah, putra bungsu pasangan Nuriman dan Ulfa (53) menyebut, payung-payung ini berasal dari gudang atau pabrik jaringan milik bapaknya sewaktu di ibukota. Nuriman membelinya dengan cara borongan sekitar Rp 20 juta.

Dia tidak pernah tahu berapa jumlah detail payung serta kondisi tingkat kerusakan masing-masing. Ada payung yang hanya rusak gagangnya, kerangkanya patah, kain sobek, dan lainnya, bahkan tak sedikit payung yang sama sekali sudah tidak diperbaiki.

“Awalnya, dari orang tua yang pernah di Jakarta, servis payung dari rumah ke rumah sampai ketemu gudang payung. Kemudian, dibawalah ke Cirebon, dibetulin dari limbah sampai bisa ke jual lagi di pasar-pasar. Dan usaha ini saya kembangin ke berbagai kabupaten lainnya, dari nol sampai lumayan seperti ini,” kata Fadhilah.

Baca juga: Karang Taruna Cikoneng Ubah Limbah Bambu Jadi Miniatur Rumah

Fadhilah menyebut, limbah payung itu memiliki ukuran dan bahan yang bervariasi. Beberapa di antaranya berbahan plastik, saten, dan parasit. Dia juga beberapa kali mendapatkan limbah payung pantai, payung besar, hingga payung untuk gazebo. Semuanya dia perbaiki dan dijual kembali.

Berkah musim hujan

ilustrasi hujanshutterstock ilustrasi hujan

Fadhilah yang sudah berkeluarga ini menyebut, di musim hujan seperti ini, pejualan payung melambung tinggi. Dia menjualnya dari pasar ke pasar ke berbagai daerah di pulau jawa.

Dia dapat menjual sekitar 400 – 500 lusin payung dalam satu pekan. Harganya bervariasi dari Rp 120.000 hingga Rp 250.000 per lusin.

“Ya pokoknya, penjualan tiap bulan tergantung stok barang di sini. Kalau di sini ada 100 lusin, ya segitu, kalau di sini ada 200 atau 500 lusin ya habis juga dalam satu minggu. Keuntungan ya banyaknya di musim hujan ini,” ungkap Fadhilah.

Mereka memanfaatkan musim kemarau untuk membuat stok sebanyak-banyaknya.

Mantan tukang servis keliling, kini punya 15 karyawan

Nuriman sendiri bercerita, dia pertama tiba di Jakarta pada tahun 1984, satu tahun setelah menikahi Ulfa. Pria yang memiliki keahlian servis payung terus berkeliling dari satu rumah ke rumah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com