Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta di Balik Gerakan Suluh Kebangsaan, Ancaman Perpecahan Bangsa hingga Dukungan Para Tokoh Nasional

Kompas.com - 10/01/2019, 17:35 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah tokoh nasional menggelar pertemuan dan mencetuskan "Gerakan Suluh Kebangsaan". Para tokoh yang menggawangi gerakan tersebut adalah Mahfud MD, Alissa Wahid, Romo Beny Susetyo dan Budi Kuncoro.

Gerakan tersebut muncul dari rasa keprihatinan akan ancaman perpecahan bangsa Indonesia akhir-akhir ini.

Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD, mengatakan, gerakan ini diawali di Yogyakarta dan akan disebar melalui forum-forum kebangsaan di seluruh daerah Indonesia.

Berikut ini fakta menarik dari "Gerakan Suluh Kebangsaan":

1. Dukungan untuk Gerakan Suluh Kebangsaan 

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, dalam acara haul Gus Dur ke-9, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018). KOMPAS.com/CHRISTOFORUS RISTIANTO Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, dalam acara haul Gus Dur ke-9, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018).

Gerakan Suluh Bangsa mendapat dukungan dari Sri Sultan HB X, Buya Syafii Maarif, KH Mustofa Bisri, Habib Lutfi, Shinta Nuriyah, Romo Magnis Suseno, Prof Komarudin Hidayat, Prof John Titaley, Garin Nugroho, Rikard Bangun, Siti Nuraini Dzuhayatin, Innayah Wahid, Ari Kriting dan Savic Ali.

"Saya diminta memimpin gerakan suluh kebangsaan ini, dan untuk sementara saya bersedia menjadi ketuanya agar mulai dulu," kata Mahfud MD, Kamis (9/1/2019). 

Berbagai macam kegiatan akan dilakukan dalam gerakan suluh kebangsaan ini, seperti sarasehan, dialog kebangsaan, hingga jelajah kebangsaan.

Dengan gerakan suluh Kebangsaan ini diharapkan memperkuat rasa nasionalisme, memperkokoh persatuan dan kesatuan demi kejayaan Indonesia.

Baca Juga: Bangsa Terancam Pecah, Sejumlah Tokoh Gagas Gerakan Suluh Kebangsaan

2. Muncul karena tercium gejala potensi perpecahan bangsa

IlustrasiKompas.com/Wicak Hidayat Ilustrasi

"Suluh Kebangsaan ini lahir dari keprihatinan," kata Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD, dalam sambutan di sarasehan kebangsaan di Balai Raos Jalan Magangan Kulon No 1, Panembahan, Keraton, Kota Yogyakarta, Kamis (9/1/2019).

Mahfud MD menuturkan, dalam satu dua tahun terakhir muncul gejala perpecahan dengan mendompleng isu-isu sensitif seperti agama dan paham politik.

Hal itu membuat risau anak bangsa yang sadar akan pentingnya persatuan dan kesatuan serta keberlangsungan negara Republik Indonesia.

"Saling serang menyerang, munculnya politik identitas yang mengkhawatirkan, misalnya identitas keagamaan, bukan hanya antara Islam non Islam yang sekarang saling dibenturkan, tetapi antara orang-orang Islam sendiri saling dibenturkan. Ini sungguh sangat memprihatinkan," ucapnya.

Baca Juga: Datangi KPK, Mahfud MD Diskusikan Kasus-kasus Korupsi hingga Pendidikan Antikorupsi

3. Berita hoaks memperkeruh situasi bangsa

Ilustrasi hoaks.Thinkstock Ilustrasi hoaks.

Merebaknya isu-isu tersebut semakin mengkhawatirkan karena muncul bersamaan dengan agenda konstitusional, yakni pemilu. Lebih parah lagi, isu tersebut disemarakkan dengan berita-berita hoaks.

"Berita hoaks itu dikapitalisasi dengan sedemikian rupa, dan tampaknya ada yang mengorganisir. Bahkan yang kita dengar ada yang bayar juga," ungkapnya.

"Itu untuk memecah belah kita, dan ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Bagi orang awam, hoaks itu diterima apa adanya," katanya lagi.

Untuk itu, Gerakan Suluh Kebangsaan ini melawannya dengan mengedepankan dialog dan sering berkumpul dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kami sering berkumpul dan berdiskusi kalau dibiarkan tidak bagus, tetapi kalau kami menumpang program pemerintah kami dicuriga lagi, membawa pesan pemerintah. Kami lantas membikin sebuah gerakan suluh kebangsaan," paparnya.

Baca Juga: Mahfud MD: Pancasila Harus Mampu Menjawab Kebutuhan Generasi Alpha

4. Dimulai dari Yogyakarta lalu menyebar ke seluruh daerah

Bendera merah putih sepanjang 72 meter dikibarkan oleh 150 orang relawan dan nelayan di Pulau Tabuhan Banyuwangi Kamis (17/8/2017)KOMPAS.COM/Ira Rachmawati Bendera merah putih sepanjang 72 meter dikibarkan oleh 150 orang relawan dan nelayan di Pulau Tabuhan Banyuwangi Kamis (17/8/2017)

Gerakan suluh kebangsaan ini dimulai dari Yogyakarta. Bentuk acaranya berupa sarasehan kebangsaan.

"Untuk pertama di Yogyakarta, dan kami akan melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia mulai hari ini. Di mana nanti akan dibuat forum-forum seperti ini, yang hadir didaftarkan itu sekitar 50-60 orang di setiap daerah, karena hanya memang dipilih tokoh-tokoh," ujar Mahfud MD.

Dengan gerakan suluh Kebangsaan ini diharapkan memperkuat rasa nasionalisme, memperkokoh persatuan dan kesatuan demi kejayaan Indonesia.

"Mulai tanggal 23 Januari kami akan melakukan jelajah kebangsaan melalui kereta api. Di setiap stasiun kami akan berhenti, tokoh-tokoh lokal kita ajak diskusi bicara tentang kebangsaan," kata Mahfud MD di Yogyakarta, Rabu (9/1/2019).

Baca Juga: Mahfud MD Ajak Peserta Pemilu Resapi Nilai-nilai yang Diajarkan Gus Dur

5. Mahfud MD: Jangan biarkan Indonesia hancur karena hoaks

Mahfud MD saat jumpa pers Dialog Kebangsaan di Universitas Islam Indonesia (UII)KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Mahfud MD saat jumpa pers Dialog Kebangsaan di Universitas Islam Indonesia (UII)

"Karena sayang sungguh sayang, kalau negara yang seindah ini, merdeka atas berkat Allah Yang Maha Kuasa hancur karena hoaks, karena perbedaan politik," kata Mahfud.
Menurut Mahfud, Pemilu hanyalah memilih pemimpin selama lima tahun. Sedangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini untuk selamanya.

"Kita rawat negara Republik Indonesia karena sungguh nyaman kita hidup di Indonesia ini. Berdosa kita kalau kita abaikan negara ini, karena nanti anak cucu kita tidak akan menikmati kenyamanan seperti ini mana kala kita lalai sekarang ini menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia," tandasnya.

Baca Juga: Mahfud MD: Sungguh Disayangkan Negara Seindah Ini Hancur karena Hoaks

Sumber: KOMPAS.com (Wijaya Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com