Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Nurhadi, Calon Presiden Fiktif "Maha Asik" yang Viral

Kompas.com - 08/01/2019, 05:00 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KUDUS, KOMPAS.com - Masyarakat dihebohkan dengan poster pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Indonesia, Nurhadi dan Aldo (Dildo) yang muncul di media sosial.

Capres dan cawapres yang mengaku dari nomor urut 10 dengan diusung dari koalisi "Tronjal-Tronjol Maha Asik" tersebut mendadak viral di jagat maya.

Pasangan capres dan cawapres Dildo tersebut tentunya cuma sekadar guyonan belaka. Tidak ada maksud buruk atau bahkan harapan untuk memperkeruh suasana.

Capres dan cawapres fiktif ini hanyalah "intermezo" sebagai langkah kecil untuk meredam suasana menjelang Pilpes 2019 yang terus saja memanas di media sosial.

Baca juga: Kisah Nurhadi, Presiden yang Viral di Medsos, Profesi Tukang Pijat hingga Ditawari Youtuber China

Berikut wawancara Kompas.com dengan Nurhadi, pria kelahiran Kudus, 10 Agustus 1969 itu:

Bagaimana awalnya pencapresan fiktif yang dikampanyekan di medsos itu bisa terwujud?

Awalnya, beberapa tahun lalu, saya membuat akun Facebook pribadi, "Komunitas Angka 10". Hanya komunitas sholawatan, para pecinta Tuhan. Tak disangka, yang mengikuti mencapai ribuan. Nah, kemudian ada orang yang mengaku dari Yogyakarta bernama Edwin. Dia yang mengikuti akun saya itu mengaku ngefans dengan saya. Kata dia, unggahan-unggahan saya itu lucu dan menginsiprasi. Saat itu, Edwin meminta izin, apakah berkenan jika saya diviralkan melalui medsos sebagai capres fiktif. Saya jawab, kenapa harus saya, kok tidak orang lain saja. Kata Edwin sih saya lebih berpotensi tenar karena dikenal banyak pengikutnya. Ya sudah saya setuju dengan syarat dimanfaatkan sebaik mungkin dan tak melanggar hukum dan agama. Sebagai humor saja.

Apakah Anda tidak takut di-bully nantinya?

Saya sebenarnya sudah capek di-bully. Tapi, jika tujuannya hanya untuk guyonan saja sih enggak masalah. Kan sebatas hiburan.

Apakah di pencapresan fiktif itu Anda mengenal siapa sosok Edwin, sang kreator itu? 

Saya tidak kenal sama sekali dengan Edwin. Bahkan tidak pernah ketemu dengan yang menciptakan ide itu. Hubungan kami hanya sebatas pertemanan di Facebook dan komunikasi via Messenger. Saya juga tak punya nomor HP-nya. Saya percaya saja dan kembalikan kepada Allah SWT, karena maksud yang diutarakan Edwin baik. Hanya untuk menghibur. Katanya sih dia mau menemui saya di Kudus.

Apakah Edwin meminta izin dengan Anda sebelum mengunggah meme-meme itu ke medsos? 

Pasti. Kami selalu berkoordinasi. Intinya selalu meminta pertimbangan ke saya.

Apakah Anda juga mengenal siapa sosok Aldo yang menjadi cawapres yang dipasangkan dengan anda?

Saya juga tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan Aldo. Aldo itu hanya fiktif. Kalau saya, kan, nyata ada di kehidupan. Hehe

Apa makna dari Tronjal-Tronjol Maha Asyik, begitu juga dengan angka 10 yang menandai nomor urut pasangan Nurhadi dan Aldo (Dildo)?

Itu bukan asal-asalan. Ada makna mendalam di baliknya.

Tronjal-tronjol, lebih tepat disematkan untuk orang bodoh. Bukannya akhir-akhir ini banyak ditemui warganet yang seenaknya sendiri tronjal-tronjol saat mengunggah status di akun media sosialnya tanpa didasari fakta dan etika. Tronjal-tronjol Itu seperti kondisi sekarang. Banyak orang asal ngomong dan timbul berita hoaks di sana-sini. Kata itu untuk orang bodoh. Ya, sindiran saja biar orang lebih berhati-hati kalau ngomong di publik. Untuk angka 10 diambil dari komunitas angka 10 akun saya. Artinya, keikhlasan kepada Tuhan atau para pecinta Tuhan.

Apakah munculnya capres dan cawapres guyonan tersebut tak lain adalah bentuk kejengahan segelintir masyarakat dengan pertarungan politik Pilpres 2019 yang kian meruncing?

Iya. Kami itu inginnya Indonesia damai tak ada permusuhan.

Perubahan apa yang Anda rasakan setelah viral di medsos?

Alhamdulilah, mendadak viral beberapa hari ini. Kayak artis dadakan. Super sibuk. Banyak tamu yang terus berdatangan penasaran dengan saya. Banyak yang menghubungi dan menemui saya sekadar ngobrol dan mengaku ngefans. Saya tak menyangka bisa seperti ini.

Keuntungan apa yang Anda raih dari sisi ekonomi setelah viral di medsos?

Order pijat ramai. Saya pun manfaatkan untuk jualan kaos bergambar pencapresan saya itu di medsos. Laku keras juga. Banjir orderan pijat dan jualan kaus pokoknya. Hehe

Kejutan apalagi yang Anda rasakan setelah tenar di jagad maya?

Timses capres 2019 datang dan menawari saya untuk kampanye calon presidennya. Saya tidak mau. Untuk apa, lha wong saya itu cuma tukang pijat. Bahkan ada YouTuber asal China yang siap merekam saya lewat video dan memviralkan saya. Tabita adalah orang yang menjadi perantaranya. Saya kaget. Tapi, tak masalah asal dimanfaatkan dengan baik juga.

Dampak buruk apa yang Anda rasakan setelah viral dengan pencapresan fiktif itu?

Alhamdulilah tidak ada. Saya jalani dengan ikhlas dan mengalir begitu saja. Sekali lagi, semua ini hanya guyonan untuk menghibur.

Ke depan apa yang akan Anda lakukan?

Saya jalani hidup seperti sedia kala. Mengalir saja seperti air. Terus berbuat baik. Jadi, saya masih tetap memijat karena membantu dan bermanfaat bagi orang lain.

Seumpama di kesempatan lain, Anda didukung dan dicalonkan menjadi capres Indonesia, apakah Anda menerimanya?

Kalau tidak ada yang dicalonkan dan saya dicalonkan, ya saya mau. Kan amanah. Hehe

Pesan dan harapan Anda untuk Indonesia?

Jangan saling bertengkar. Wujudkan Indonesia yang damai dan tenteram. Siapapun presidennya nanti adalah pilihan terbaik masyarakat. Jadi, harus didukung. Teruslah berdoa dan bersholawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com