Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adit, Bintang Sepak Bola yang Kehilangan Ibu Saat Tsunami, Kini Tak Sedih Lagi

Kompas.com - 01/01/2019, 14:38 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah,
Khairina

Tim Redaksi

 

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Kisah Adit diketahui publik awalnya dari postingan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung Selatan yang tengah membagi-bagikan bantuan pada korban bencana tsunami.

Saat itu, mereka menemukan Adit, siswa kelas VI SD, penggemar sepak bola dan memiliki tim favorit Real Madrid. Saat kejadian tsunami Selat Sunda, ia sedang mengikuti Invitasi Sepak Bola U-13 Pra Penyisihan Asia.

Takdir Tuhan berkata lain. Saat pulang, rumahnya di Desa Kunjir, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan luluh lantak diterjang tsunami Selat Sunda.

"Tatapan kosong, sampai hari ketiga kami tidak tega memberi tahu kalau ibu dan adiknya meninggal," Kata Ketua IDI Lampung Selatan Wahyu Wibisono, Senin (31/12/2018).

Baca juga: Masa Tanggap Darurat di Lampung Selatan Diperpanjang Hingga 5 Januari 2019

Semula, Adit tinggal bersama pengungsi lainnya di Desa Totoharjo. Beberapa kali Adit mengajak menengok rumahnya.

Wahyu mengaku merasa sedih, miris dan tak kuasa melihat tatapan kosong Adit. Setiap diberi sumbangan berupa snack, biscuit, susu kotak, selalu disimpan dan dimasukkan ke dalam tasnya.

"Tasnya sampai penuh makanan dan minuman tetapi dia selalu katakan ini untuk adik,"ujarnya.

Adit akhirnya bertemu dengan sang ayah dan mereka pulang ke rumah saudaranya di Desa Way Muli, Kalianda.

Meskipun demikian, sang ayah tetap enggan memberi tahu tentang kondisi ibu dan adiknya.

"Ayahnya lalu berdalih mengajak menengok ibu dan adiknya di rumah sakit ketika itu, untuk menghibur Adit seolah-olah keluarganya masih lengkap," tutur Wahyu.

Tidak mungkin terus menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari Adit. Tim trauma healing cepat dan intens mengatasi depresi pada anak itu.

"Adit akhirnya diajak ke kuburan ibu dan adiknya dan sekarang dia sudah lebih baik dan bisa menerima kenyataan," tutur Wahyu.

Kini, Adit juga menjadi anak angkat dari Aipda Turono, anggota Polres Pesawaran yang bertugas di lokasi bencana.

Wahyu mengatakan, pihaknya sebenarnya hanya mengatasi kesehatan jasmani pada korban bencana. Namun, di lapangan, pihaknya juga kadang harus berperan mengobati kejiwaan korban.

"Kami tidak tega melihat kondisi seperti ini," tutupnya. 

Diangkat anak

Pada hari kedua bencana tsunami Selat Sunda, Aipda Turono dan istri mulanya datang membawa bantuan kebutuhan balita di Posko Totoharjo.
 
Saat menurunkan barang, dia melihat ada seorang anak yang duduk sambil melamun sendirian di antara lalu lalang orang banyak.
 
"Lalu saya tanya kenapa melamun, seketika dia langsung ingin dipeluk dan duduk di pangkuan saya," kisahnya.
 
Adit langsung menangis sejadi-jadinya sementara Turono sendiri belum tahu apa penyebab kesedihan anak tersebut.
 
"Saya peluk dan terus saya semangati. Adit menangis sampai setengah jam baru dia merasa bisa lebih tenang," kata dia lagi.
 
Sejak saat itu, Turono langsung merasakan bahwa Adit yang memiliki nama lengkap Ahmad Dinata Adit Saputra memiliki kedekatan emosional dengan dirinya.
 
Turono meminta Adit memanggilnya dengan sebutan papi dan istrinya dengan panggilan mami.
 
Hari keempat, Turono kembali ke lokasi bencana di Totoharjo. Dia dan istrinya memberi kejutan dengan membelikan Adit baju dan sepatu bola.
 
Betapa senangnya Adit saat itu. Begitu Turono tiba, Adit langsung berlari dan memanggilnya papi.
 
Aipda Turono pun berinisiatif bertemu dengan ayah Adit, Subandi, dan mengajak Adit ikut ke rumahnya di Kabupaten Pesawaran, berjarak 110 kilomenter dari lokasi bencana.
 
Subandi adalah seorang ABK kapal nelayan yang pekerjaannya serabutan.
 
Adit pun bermalam dan berbaur bersama keluarga dan tetangga Turono di Pesawaran.
 
"Adit cepat berbaur dengan anak-anak seumurannya dan dia mengajarkan cara bermain bola, bahkan dia juga rajin menunaikan salat lima waktu," jelasnya.
 
Adit tampak terhibur di rumah Turono. Namun, sesekali tampak tatapan kosong di wajahnya.
 
"Saya langsung menegurnya. Hayo, jangan melamun," begitu Turono menghibur Adit.
 
Sekalipun Adit merasa terhibur dan mendapat perhatian lebih dari beberapa pihak, namun dia tetap merindukan kampung halamannya.
 
"Tiga hari di rumah saya, dia bilang, Papi, Adit kangen sama keluarga," kisah Turono.
 
Sekarang, Adit kembali pada keluarganya di Desa Way Muli.
 
"Kapan pun Adit ingin ke rumah papinya, saya akan menjemputnya," tutup Turono.
Kompas TV Warga Malang, Jawa Timur bersama Pemerintah Daerah Kota Malang mengisi malam tahun baru dengan menggelar doa bersama lintas agama. Doa bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah bersama tokoh lintas agama digelar di Masjid lingkungan Pemkot Malang. Selain umat Islam, umat Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu pun mengikuti doa bersama untuk keselamatan bangsa. Selain itu sebagai bentuk rasa duka atas bencana tsunami yang melanda Banten, doa bersama juga untuk memohon keselamatan bangsa dan negara terlebih menjelang Pemilu 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com