Sementara itu, Ketua FLI Gunungkidul Aminudin Aziz mengatakan, tradisi mendatangi rumah ibadah saat perayaan hari besar agama itu sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.
"Sebenarnya kegiatan rutin dari FLI, setiap tahun saat hari besar agama, kami berkunjung ke Masjid, Gereja, Pura, dan Wihara secara bergatian," kata dia.
"Tahun ini kebetulan pas hari Natal kami mengedepankan teman muda yang tergabung FLI dan sekolah kebinekaan, bersilaturahim ke gereja," ujar Aminudin.
Menurut dia, hal ini dilakukan sebagai dorongan kepada generasi muda agar tumbuh rasa persaudaraan sejak dini.
"Jangan wariskan kebencian, jangan wariskan intoleransi, jangan wariskan kebencian satu yang lain kepada penerus kita. Sebenarnya pesan itu yang kami sampaikan. Oleh sebab itu, hari ini kita lebih banyak melibatkan teman muda dari FLI," papar dia.
Baca juga: Kapolda Jatim: Perayaan Natal di Jatim Aman
Mengenai pro dan kontra, ia menilainya sebagai sebuah hal yang wajar. Meski demikian, yang harus dikedepankan adalah menghargai perbedaan dan pendapat yang berbeda.
Perwakilan GKJ, Pendeta Dwi Wahyu Prasetyo mengatakan, kehidupan dan toleransi antar umat beragama harus dijaga dan dirawat. Hal ini juga bagian dari komitmen menjalankan nilai-nilai Pancasila.
"Kita lebih sering senang bertikai, berseteru, dan melupakan ada kehidupan yang harus kita rawat, kita jaga. Sesama warga negara, kita semua berideologikan Pancasila. Kita memiliki konsensus yang sama untuk terus membangun dan merawat bumi Indonesia," ujar Dwi.
Ia mengapresiasi peran serta masyarakat sekitar dalam perayaan Natal. Meski berada di tengah-tengah masyarakat yang beragam, mereka bahu membahu untuk ikut menyukseskan kelancaran perayaan Natal.
Divisi Advokasi FLI FX Endro Tri Guntoro, mengatakan, dengan banyaknya generasi muda yang ikut terlibat dalam kegiatan ini, menumbuhkan keyakinan bahwa masa depan toleransi di Gunungkidul terus akan lebih baik.