Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Asep Bocah dari Bandung Barat yang Keluarkan Suara Peluit Saat Kecapekan

Kompas.com - 20/12/2018, 15:52 WIB
Agie Permadi,
Khairina

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Asep Yaya (9), bocah yang masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar (SD) ini bisa mengeluarkan bunyi peluit ketika napasnya terengah-engah kecapekan.

Bocah asal Kampung Cimalang, Desa Girimukti, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat ini tak sengaja menelan peluit yang bersarang di percabangan sistem pernapasannya.

Peristiwa ini terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya tanggal 14 Oktober 2018. Saat itu, Asep tengah bermain di rumah bibinya, sambi memainkan peluit yang didapatkannya dari sebuah sandal berbunyi.

Peluit yang terpasang pada sandal itu ia bongkar dan mainkan.

Namun saat Asep meniup-niup peluit sepanjang 3 sentimeter tersebut di mulutnya, peluit itu tak sengaja malah tertelan ketika dirinya tengah bermain dengan anak bibinya.

"Itu pet-petan bekas sandal. Saat itu saudaranya minta gendong dari belakang saat anak saya lagi main tiup-tiupan peluit. Pas digendong, dia jatuh, peluitnya malah ketelen," kata Subandi (49) ayah Asep yang ditemui di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Kamis (20/12/2018).

Baca juga: Tak Sengaja Telan Peluit, Batuk Bocah Ini Terdengar Aneh

Mengetahui hal tersebut, bibinya kemudian mendatangi orang tua Asep, memberi kabar bahwa anaknya menelan sebuah peluit.

Subandi kemudian membawanya ke puskesmas terdekat sebagai penanganan pertama, namun puskesmas merujuk anak tersebut ke salah satu rumah sakit di daerah Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat.

Namun, karena terkendala biaya, akhirnya Sobandi mengurungkan niatnya sementara untuk mengambil peluit yang bersarang di saluran pernafasan Asep.

Pasalnya, saat itu, Sobandi mengaku belum memiliki BPJS, sementara keuangan keluarga sedang menipis. Maklum sehari -hari Sobandi bekerja sebagai pencari ikan di Saguling. Apa daya, Asep pun terpaksa hidup dengan peluit di saluran pernapasannya.

"Intinya saya enggak punya duit," tuturnya.

Selama dua bulan, Asep hidup dengan peluit di saluran pernapasanya. Setiap bernapas, kecapekan, bunyi peluit kerap terdengar seiring ia bernapas terengah-engah. Tak hanya itu, setiap tidur pulas dan batuk-batuk, bunyi peluit kerap terdengar.

"Selama dua bulan itu kalau jalan kecapekan, terus kalau tidur pulas, itu terdengar bunyi (peluit) nya," tuturnya.

Meski begitu, tak ada yang berubah dari fisik anak ketiga dari empat bersaudara tersebut, hanya saja Asep kerap mengeluh sesak ketika bernafas kecapekan.

"Kalau kecapekan memang suka mengeluh agak sesak, tapi kalau makan enggak apa-apa," katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com