Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian: Kelaparan Tersembunyi Menghantui Desa-desa di Indonesia

Kompas.com - 19/12/2018, 19:26 WIB
Firmansyah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Peneliti Inkrispena, Ken Budha Kusumandaru bekerja sama dengan Akar Foundation, Pramasti Ayu Kusdinar menemukan adanya kelaparan tersembunyi (hidden hungry) pada sejumlah desa sekitar kawasan hutan di Provinsi Bengkulu.

Riset dilakukan pada keluarga petani Hutan Kemasyarakatan (HKM) Desa Air Lanang, dan desa sekitarnya, Kecamatan Curup Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Riset menggunakan studi deskriptif sistem foodways (asal usul makanan)

"Hasil riset menunjukkan terdapat kelaparan tersembunyi di desa yang berada di sekitar kawasan hutan," jelas Pramasti Ayu Kusdinar di Bengkulu, Rabu (19/12/20180,

Lebih tegas, peneliti Inkrispena, Ken Budha Kusumandaru menyatakan, kelaparan tersembunyi menghantui semua desa-desa di Indonesia bukan hanya di kawasan hutan.

Sistem foodways mempunyai makna sangat kuat dalam memberi petunjuk tentang kelaparan tersembunyi dalam keluarga terpinggirkan baik di kota maupun desa.

Sistem foodways pada analisa luas menunjuk cara produksi masyarakat, dan pada level kecil tentang pelbagai cara penyelenggaraan makan sehari-hari keluarga, mulai dari memperoleh sumber makanan, cara belanja, apa yang dimakan, rasa hingga menghidangkan.

"Di petani yang dijadikan sasaran penelitian ditemukan, kelaparan tersembunyi itu diakibatkan oleh terputusnya akses terhadap hutan. Makanan utama petani itu adalah beras, namun mereka meninggalkan tanaman padi, lebih memilih kopi dengan pertimbangan tidak rumit perawatannya seperti bertanam padi," jelas Pramasti.

Baca juga: Kabur dari Malaysia, 8 TKI Kelaparan di Hutan hingga Dipulangkan ke Aceh

Sementara petani kopi mengalami masa paceklik pada periode waktu tertentu. Pada saat paceklik inilah kelaparan tersembunyi tersebut menjadi ancaman. Petani harus berutang pada tauke sebagai siasat bertahan hidup hingga menunggu musim panen berikutnya.

"Dahulu petani dapat memanfaatkan hutan, sungai, sebagai tempat mencari makan. Tanaman selain padi, umbi-umbian juga ikut ditanam. Sehingga ancaman kelaparan tersembunyi tidak muncul," tambahnya.

Ditegaskan pula bahwa kelaparan tersembunyi berarti bahwa rakyat tidak lagi terjamin esok hari dapat makanan bergizi yang mampu membuat tubuh jadi tenang, sehat dan lainnya.

Muncul sejak tanam paksa

Peneliti Inkrispena, Ken Budha Kusumandaru menjelaskan, istilah paceklik pada petani monokultur seperti kopi muncul sejak sistem tanam paksa yang dilakukan penjajah.

"Para petani dipaksa menanam tanaman komoditi bisnis seperti kopi, gula, namun sedikit saja dibolehkan menanam kebutuhan pokok. Sistem tersebut sistematis terbawa-bawa hingga sekarang," jelasnya.

Baca juga: Diduga Ditelantarkan Pamannya, 2 Bocah Ditemukan Menangis dan Kelaparan

Hipotesis penelitian menjelaskan, kelaparan tersembunyi yang terjadi di kalangan petani HKM tidak terbaca dalam perspektif medis, melainkan dari perspektif produksi. Perubahan sistem foodways sepenuhnya pada pasar untuk pengadaan makanan tertumpu pada uang. Hal ini memperlihatkan munculnya ancaman kerentanan terhadap penyediaan makanan yang berkolerasi dengan kelaparan.

Jalan keluar untuk kasus kelaparan tersembunyi ini, menurut Kusumandaru, salah satunya adalah memberikan akses pada masyarakat secara maksimal, akses terhadap tanah, akses pengetahuan, jejaring kerja sama dan permodalan yang tentunya tidak menjerat leher petani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com