Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD NTT Dukung Gubernur Viktor Naikkan Tarif Masuk TN Komodo

Kompas.com - 18/12/2018, 16:24 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Khairina

Tim Redaksi

KMP Komodo berlayar menuju Pulau Rinca saat peluncurannya di perairan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Jumat (7/12/2018). Kapal wisata berkapasitas 80 orang dengan kecepatan 9 knot tersebut sebagai alternatif moda transportasi laut bagi masyarakat Labuan Bajo maupun wisatawan menuju Pulau Komodo, yang menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara.ANTARA FOTO/INDRIANTO EKO SUWARSO KMP Komodo berlayar menuju Pulau Rinca saat peluncurannya di perairan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Jumat (7/12/2018). Kapal wisata berkapasitas 80 orang dengan kecepatan 9 knot tersebut sebagai alternatif moda transportasi laut bagi masyarakat Labuan Bajo maupun wisatawan menuju Pulau Komodo, yang menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara.

KUPANG, KOMPAS.com - Wacana Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat yang menaikkan tarif masuk ke kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) Kabupaten Manggarai Barat menuai kontroversi.

Para pelaku pariwisata memprotes wacana tersebut.

Namun, anggota DPRD NTT Boni Bonjer Jebarus mengaku dirinya mendukung Gubernur Viktor untuk menaikkan tarif masuk ke TNK sebesar 500 dolar Amerika Serikat (AS).

"Apa yang disampaikan Gubernur NTT menarik untuk merangsang imajinasi, kreatif, dan juga antisipasi pariwisata NTT. Dia tidak sedang mengkhayal, tetapi mengajak berpikir besar,"sebut Bonjer kepada Kompas.com, Selasa (18/12/2018).

Baca juga: Gubernur NTT Dinilai Terburu-buru Wacanakan Kenaikan Tarif Masuk TN Komodo

Sederhananya, lanjut Bonjer, barang langka dijual murah merupakan sesuatu yang sangat aneh.

Menurut Bonjer, Gubernur Viktor berpikir jauh ke depan. Bayangkan kata Bonjer, jika jutaan orang datang ke komodo dan mengganggu ekosistemnya.

"Lalu dari mana biaya recovery-nya. Mata rantai makanan komodo sekarang terancam dengan ulah pemburu liar dan perlahan akan hilang. Kerbau, rusa dan kambing sudah hampir punah. Lalu komodo mau makanan apa? Mau makan wisatawan? Kan mesti diantisipasi,"ungkap Bonjer.

Karena itu, kata Bonjer, mengembalikan ekosistem mata rantai makanan komodo tentu menjadi prioritas.

Anggaran di TNK, sebut Bonjer, sangat minim, sementara biaya untuk memberi makan komodo besar.

Hal itu, kata dia, harus dipikirkan. Selain itu, pelaku pariwisata mesti kreatif menciptakan sejumlah spot wisata yang memiliki multiplier effect bagi masyarakat.

"Sudah mulai kelihatan sejak 3 tahun belakangan. Bayangkan, orang datang ke komodo, menginap dan makan di hotel lalu pulang. Uang beredar pada pelaku usah tertentu saja. Tidak berdampak ke masyarakat,"ujar Bonjer.

"Kami memang berharap pemrov juga turut andil bagian dalam bagian ini sebagai sumber pendapatan daerah. Dari biaya masuk, berapa untuk Pemda Manggarai Barat, Pemprov NTT dan TNK,"sambungnya.

Baca juga: Pemprov NTT Didesak Hentikan Wacana Kenaikan Tarif Masuk ke TN Komodo

Dia menambahkan, Pemerintah Provinsi NTT harus berbenah dalam hal zona pantai, karena itu kewenangan provinsi. Dan saat ini, pemerintah provinsi justru tidak mendapatkan apa-apa.

Bonjer mengatakan, Gubernur Viktor mesti mampu membuat terobosan agar pariwisata berdampak pada masyarakat umum, termasuk usaha kecil.

"Karena itu kami dukung Gubernur NTT untuk menaikkan tarif masuk ke TNK,"imbuh Bonjer yang juga berasal dari Kabupaten Manggarai Timur.

Sebelumnya diberitakan, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ingin agar para pengunjung yang ingin menyaksikan komodo harus membayar biaya yang mahal.

Viktor pun akan mengajukan ke pemerintah pusat untuk menutup beberapa akses masuk ke Taman Nasional Komodo.

Menurutnya, Taman Nasional Komodo itu luar biasa dan eksotik serta satu-satunya destinasi wisata di dunia yang memiliki komodo. Namun semua orang yang datang bisa seenaknya masuk.

"Sesuatu yang unik ini tidak lagi punya harga, sehingga ke depan, saya akan bicara dengan pemerintah pusat untuk kita tutup. Kita akan buat syarat, kalau masuk ke situ minimal harus bayar 500 dollar Amerika," kata Viktor beberapa waktu lalu.

Kompas TV Tim Puslabfor Polda Bali akan tiba di labuan bajo hari ini, Sabtu (4/8) dan Minggu besok akan melakukan olah TKP.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com