KOMPAS.com - Banjir telah merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Kampar, Riau, sejak Minggu (9/12/2018).
Hujan deras dan dibukanya lima pintu air di PLTA Koto Panjang membuat air Sungai Kampar meluap. Setidaknya 7 kecamatan terendam luapan air dari sungai tersebut. Warga terpaksa mengungsi dan menggantungkan hidup mereka dari bantuan pemerintah.
Sayangnya, hingga saat ini bantuan yang datang jumlahnya sangat minim. Salah satunya para pengungsi di Desa Terantang, Kecamatan Tambang. Anak-anak di tenda pengungsian hanya makan mi instan dicampur nasi putih.
Berikut ini fakta baru bencana banjir di Kampar, Riau:
Banjir di Kabupaten Kampar merendam sejumlah kecamatan, antara lain Kecamatan Tambang, Siak Hulu, Kampar Kiri, Kampar Timur, Kampar Utara, Kampar, XIII Koto Kampar, dan Rumbio Jaya.
Akibatnya, sebagian besar warga terpaksa mengungsi, namun tidak sedikit warga yang bertahan di rumah. Mereka membuat panggung di dalam rumah sehingga terhindar dari genangan banjir. Salah satu warga yang bertahan adalah Nazir (44), warga Desa Buluh Cina.
"Saya dan keluarga masih bertahan di rumah. Kami buat panggung di dalam rumah, karena ketinggian air di dalam rumah sekitar satu meter," akui Nazir, Senin (17/12/2018).
Selain Nazir, Jefrizal juga memilih bertahan di rumah.
"Tenda dan dapur umum ada, Pak. Tapi jauh di seberang sana di Desa Baru. Dari desa kami jaraknya sekitar tiga kilometer menyeberang sungai. Uang enggak ada mau bayar ongkos robin (perahu mesin)," sebutnya.
Baca Juga: Desa di Kampar Riau Ini Sudah 15 Hari Kebanjiran, Warga Butuh Bantuan
Nazir menjelaskan, warga korban banjir baru dapat satu kali bantuan dari pemerintah.
"Bantuan sembako baru sekali datang. Tapi sudah mau habis pula," katanya.
Hal senada diungkapkan Sabariah (51). Dia mengatakan, bantuan dari pemerintah saat itu berupa beras, minyak goreng, mi instan, dan telur ayam. Saat ini bantuan tersebut sudah menipis.
Warga sangat membutuhkan sembako untuk bisa bertahan hidup saat banjir masih merendam desa mereka.