Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jauh dari Dapur Umum, Korban Banjir di Kampar Riau Susah Dapatkan Makan

Kompas.com - 18/12/2018, 07:02 WIB
Idon Tanjung,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Warga Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, menilai, dapur umum yang didirikan pemerintah setempat letaknya jauh. Para korban banjir mengaku susah mendapatkan makan.

"Dapur umum dan tenda pengungsian didirikan di Desa Baru seberang desa kami (Buluh Cina). Jarak dari rumah saya ke dapur umum itu ada sekitar tiga kilometer," sebut Jefrizal (38), saat ditemui Kompas.com, Senin (17/12/2018).

Sehingga, kata dia, untuk menuju ke dapur umum sangat sulit karena akses yang mau ditempuh semuanya banjir.

"Kalau mau ke sana pakai sampan. Saya tidak punya. Kalau numpang di robin (perahu mesin) itu bayar Rp 10.000 perorangan. Uang enggak ada," ujar Jefri.

Dia dan keluarganya masih bertahan di rumahnya yang masih dilanda banjir. Ketinggian air di rumahnya lebih satu meter.

Baca juga: 3.796 Warga Kampar Riau Terserang Penyakit akibat Banjir

"Di dalam rumah saya buat pangkin (panggung). Jadi, kami makan, masak, dan tidur di situ," kata Jefri.

Untuk beraktivitas keluar rumah, lanjut dia, tidak bisa karena harus menggunakan sampan. Sebab, kalau menghadang banjir, otomatis pakaian akan selalu basah.

"Banjir setinggi dada saya. Tiap hari masuk air enggak ada pakaian kami lagi. Mau pergi kerja tidak bisa. Lagi pula mau panen sawit, kebunnya banjir. Begitu juga dengan kebun karet sudah tergenang air," ujar dia.

Bantuan belum cukup

Mengenai bantuan, Jefri mengaku belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Bantuan belum cukup. Kemarin ada bantuan dari pemerintah, beras, minyak goreng, telur dan indomie. Tapi sebentar saja habis," kata dia.

Untuk itu, dia berharap pemerintah setempat agar menyalurkan bantuan. Sebab, di Desa Buluh Cina, ada sekitar 800 kepala keluarga (KK) yang kebanjiran dan membutuhkan bantuan.

"Semua rumah warga di sini banjir. Ini sudah 15 hari kami merasakan banjir," imbuh Jefri.

Untuk itu, dia berharap agar dapur umum dan posko banjir didirikan di lokasi yang banjir agar warga tidak kesulitan mendapatkan makanan.

"Setidaknya dibuat tenda yang tinggi. Buat juga dapur umum di situ. Kalau di Desa Baru kan jauh kami ke sana. Makanya kami bertahan saja di rumah," tambah dia.

Baca juga: Desa di Kampar Riau Ini Sudah 15 Hari Kebanjiran, Warga Butuh Bantuan

Sejauh ini, dia dan keluarganya belum terserang penyakit. Hanya saja, warga butuh makanan.

"Penyakit memang belum ada, tapi kami kelaparan," ujar dia.

Hal yang sama diakui Sabariah (51), saat ditemui Kompas.com. Ibu rumah tangga ini sedang mengayuh sampannya menuju rumahnya yang banjir.

"Kalau bantuan saya baru sekali dapat. Itu ada beras, mi instan, telur ayam, dan minyak goreng. Belum cukup buat kami sebenarnya. Harapan kami pemerintah agar kembali memberikan kami bantuan. Sebab, kami tidak bisa bekerja," ujar Sabariah.

Menurut dia, sejak 15 hari banjir akibat luapan air Sungai Kampar itu, perekonomian masyarakat Desa Buluh Cina lumpuh.

"Di sini ada seribu hektare lebih kebun sawit yang banjir. Kebun karet ada sekitar ratusan hektare. Jadi, kami tidak bisa ke kebun. Paling kami cari ikan buat makan dan juga dijual," kata Sabariah.

Selama 15 hari kebanjiran, dia mengatakan tidak mengungsi. Sebab, ia merasa lebih nyaman di rumah.

"Di rumah saja rasanya lebih nyaman. Karena di rumah banyak barang-barang. Kami hanya berharap banjir ini cepat surut biar bisa bekerja seperti biasa. Alhamdulillah, sekarang ini sudah perlahan surut," tambah Sabariah.

Baca juga: Anak-anak Korban Banjir di Kampar Riau Makan Nasi dan Mi Instan

Pantauan Kompas.com, di lokasi banjir cukup ramai warga yang mandi dan juga menangkap ikan. Luapan air sungai yang merendam perkebunan sawit berwarna hitam.

Lokasi ini terdapat di Desa Baru sebelum menuju Desa Buluh Cina. Sementara di rumah warga, kondisi air keruh dan berlumpur.

Selain di Siak Hulu, banjir juga merendam rumah warga di Kecamatan Rumbio Jaya, Kampar Kiri, Kampar Utara, Kampa, Kampar, Kampar Timur.

Untuk diketahui, Sungai Kampar mulai meluap sejak Minggu (9/12/2018) lalu, setelah PLTA Koto Panjang memutuskan penambahan tinggi buka lima pintu air (Spillway).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com