Ia sempat bermalam di tengah hutan karena tak bisa melanjutkan perjalanan. Selain takut kembali ditangkap, ia juga tak mengenali medan tempat ia melarikan diri.
Dalam kondisi takut dan lapar, Hamdan terus berlari menjauh dari kelompok Abu Sayyaf. Saat itu Hamdan hanya ingin segera bertemu keluarganya dan lolos dari kejaran anggota Abu Sayyaf.
Namun, karena kelelahan Hamdan pun terpaksa beristirahat semalam di dalam hutan tersebut.
Esok hari, Hamda pun melanjutkan perjalanan lagi. Saat itu hatinya sedikit lega ketika bertemu dengan sebuah perkampungan.
Hamdan menemui seorang warga yang tengah mengantar anakknya ke sekolah. Namun, orang tersebut tak dapat berbahasa melayu.
“Saya memelas sambil menangis, minta tolong kepada bapak yang sedang membonceng anaknya hendak ke sekolah, tapi rupanya (orang itu) tidak mengerti bahasa Melayu,” kata Hamdan.
Tak berselang lama, ada salah satu warga yang mengerti bahasa Melayu. Hamdan pun menceritakan dirinya telah disandera Abu Sayyaf selama tiga bulan di dalam hutan.
Baca Juga: Diculik Abu Sayyaf Tahun Lalu, 3 Nelayan Indonesia Berhasil Dibebaskan
Hamdan sungguh bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada salah satu warga di perkampungan yang dia temui.
“Tenanglah, kami juga keluarga muslim, insya Allah kamu selamat,” kata Hamdan mengutip percakapannya dengan keluarga yang membantunya lolos dari kelompok Abu Sayyaf.
Hamdan segera mencium kaki orang tersebut sebagai bentuk rasa hormat dan terima kasihnya.
Setelah itu, orang tersebut membawa Hamdan ke kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia di Filipina. Hamdan pun bisa bernafas lega.
Baca Juga: Otoritas Malaysia Tangkap Terduga Anggota Kelompok Abu Sayyaf Filipina
Setelah Kemenlu di Filipina menelopon keluarga Hamdan di Polewali Mandar, Julianti langsung pergi ke Jakarta untuk menjemput suaminya.