PEKANBARU, KOMPAS.com - Banjir di Kabupaten Kampar, Riau, memasuki hari ketujuh, Sabtu (15/12/2018).
Banjir di Kabupaten Kampar Riau terjadi sejak Minggu (9/12/2018) lalu.
Hal itu setelah dibuka lima pintu air waduk PLTA Koto Panjang, sehingga air meluap dan masuk ke permukiman warga yang tinggal di sisi hilir sungai.
Selama banjir akibat luapan air Sungai Kampar itu, warga mengaku tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Sehingga, para korban terpaksa memakan makanan seadanya.
Untuk memenuhi kebutuhan, warga memanfaatkan stok kebutuhan yang masih tersisa di rumah mereka.
Selain itu, warga menangkap ikan di lokasi banjir. Sebab selama air meluap, cukup banyak ikan yang berhasil ditangkap warga.
"Kami hampir setiap hari menangkap anak ikan buat makan. Di sini kami buat posko untuk tempat berkumpul dan makan sama-sama," kata Asnidar salah korban banjir di Desa Terantang, Kecamatan Tambang, Kampar.
Dia mengatakan, untuk kebutuhan memasak, warga mengumpulkan uang seadanya. Kemudian membeli sembako untuk dimasak.
Baca juga: Korban Banjir di Kampar Riau Mengeluh Tak Dapat Bantuan
Para korban banjir di Kabupaten Kampar mengaku tidak bisa bekerja seperti biasa. Sebab selain rumah, perkebunan dan sawah juga terendam air.
Tak hanya itu, akses menuju perkebunan juga tidak bisa dilewati. Untuk keluar rumah saja, warga menggunakan perahu tradisional.
Hal ini diakui Zulhendri (30) warga Desa Padang Luas Kecamatan Tambang, Kampar.
"Sejak banjir kami tidak bisa bekerja. Kebun sawit dan karet, itu hampir semuanya banjir. Apalagi perkebunan warga di sini rata-rata menyeberang sungai," kata Zulhendri.
Baca juga: 5 Fakta Korban Bencana Banjir di Kampar Riau, Makan Seadanya hingga Merugi Ratusan Juta
Banjir di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kampar memang cukup parah. Bahkan ketinggian air dari 50 sentimeter hingga satu meter lebih.
Salah satunya di Dusun III Desa Pulau Rambai, Kecamatan Kampa. Di sini hampir semua rumah warga direndam air.
Kepala Desa Pulau Rambai Sahidun Firdaus mengatakan, ketinggian air di permukiman warga bervariasi, karena ada dataran rendah dan dataran tinggi. Sahidun menyebut ada sekitar 50-100 meter.