Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Reaktivasi Jalur KA Cibatu-Garut, Ancam Jalan Kampung hingga Tarif Murah Meriah

Kompas.com - 13/12/2018, 16:53 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Setelah pembongkaran selesai akan dilakukan ground breaking. Kemudian penimbunan tanah dan mendatangkan berbagai material, seperti rel dan bantalan.

“Sistem persinyalannya juga dipantau. Setelah selesai semua, baru bisa dibuka,” kata Joni Martinus.

Baca Juga: Reaktivasi Jalur Kereta Cibatu-Garut, 1.077 Bangunan Dibongkar

3. Warga terancam kehilangan jalan kampung 

Sejumlah warga yang terdampak reaktivasi jalur kereta Cibatu-Garut meminta bantuan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, untuk memberikan jalan masuk ke kampungnya, Cibodas.

“Pak Ridwan Kamil, tolong bantu, kami warga Cibodas punya jalan. Seukuran satu mobil saja. Tolong pak,” ujar salah satu warga, Iyen Nuryeni, kepada Kompas.com, Rabu (12/12/2018).

Iyen menceritakan, sebagian warga menggunakan uang bongkar rumah dari PT KAI untuk membeli rumah di wilayah Cibodas.

Masalahnya, bila PT KAI menggunakan seluruh tanah untuk reaktivasi jalur kereta, warga yang tinggal di Cibodas terancam tak memiliki jalan masuk ke kampung.

“Motor gede gitu ga masuk. Kalau ada motor masuk, kami yang jalan kaki harus berbalik menghadap ke tembok,” kata Iyen.

“Ada tanah PT KAI beberapa meter yang tidak digunakan untuk rel. Kami berharap tanah itu bisa digunakan untuk jalan masuk,” tambahnya.

Iyen dan warga rela untuk pindah dari tanah PT KAI. Mereka hanya meminta diberi jalan akses ke kampung mereka.

Baca Juga: “Pak Ridwan Kamil, Kami Mohon, Bantu Kami Punya Jalan...” 

4. Usai dibongkar, Nenek Marsinah bingung cari rumah

Kereta api Jakarta-Bandung saat melintasi jalur rel kereta api yang ambles dan bahu jalannya bergeser satu meter, di Kampung Cisuren, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Minggu (12/3/2017). Tribun Jabar/Mega Nugraha Kereta api Jakarta-Bandung saat melintasi jalur rel kereta api yang ambles dan bahu jalannya bergeser satu meter, di Kampung Cisuren, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Minggu (12/3/2017).

Nenek Marsinah (60) hanya termangu di Stasiun Cibatu, Garut dengan melihat buku rekening BNI miliknya yang berisi uang Rp 10 juta. Uang tersebut merupakan dana bongkar dari PT KAI.

Kini dengan uang Rp 10 juta di tangan, nenek Marsinah tidak tahu harus membeli tanah dan tinggal dimana.

Dulu nenek Marsinah a tinggal di rumah bilik bambu dan beralaskan pelur. Rumahnya berukuran 7 meter, terdiri dari 1 kamar, ruang tamu, dapur, dan toilet.

Untuk kehidupan sehari-hari, nenek yang tinggal sebatang kara ini bekerja serabutan. Pendapatannya Rp 3.000-10.000 per hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com