Setelah pembongkaran selesai akan dilakukan ground breaking. Kemudian penimbunan tanah dan mendatangkan berbagai material, seperti rel dan bantalan.
“Sistem persinyalannya juga dipantau. Setelah selesai semua, baru bisa dibuka,” kata Joni Martinus.
Baca Juga: Reaktivasi Jalur Kereta Cibatu-Garut, 1.077 Bangunan Dibongkar
Sejumlah warga yang terdampak reaktivasi jalur kereta Cibatu-Garut meminta bantuan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, untuk memberikan jalan masuk ke kampungnya, Cibodas.
“Pak Ridwan Kamil, tolong bantu, kami warga Cibodas punya jalan. Seukuran satu mobil saja. Tolong pak,” ujar salah satu warga, Iyen Nuryeni, kepada Kompas.com, Rabu (12/12/2018).
Iyen menceritakan, sebagian warga menggunakan uang bongkar rumah dari PT KAI untuk membeli rumah di wilayah Cibodas.
Masalahnya, bila PT KAI menggunakan seluruh tanah untuk reaktivasi jalur kereta, warga yang tinggal di Cibodas terancam tak memiliki jalan masuk ke kampung.
“Motor gede gitu ga masuk. Kalau ada motor masuk, kami yang jalan kaki harus berbalik menghadap ke tembok,” kata Iyen.
“Ada tanah PT KAI beberapa meter yang tidak digunakan untuk rel. Kami berharap tanah itu bisa digunakan untuk jalan masuk,” tambahnya.
Iyen dan warga rela untuk pindah dari tanah PT KAI. Mereka hanya meminta diberi jalan akses ke kampung mereka.
Baca Juga: “Pak Ridwan Kamil, Kami Mohon, Bantu Kami Punya Jalan...”
Nenek Marsinah (60) hanya termangu di Stasiun Cibatu, Garut dengan melihat buku rekening BNI miliknya yang berisi uang Rp 10 juta. Uang tersebut merupakan dana bongkar dari PT KAI.
Kini dengan uang Rp 10 juta di tangan, nenek Marsinah tidak tahu harus membeli tanah dan tinggal dimana.
Dulu nenek Marsinah a tinggal di rumah bilik bambu dan beralaskan pelur. Rumahnya berukuran 7 meter, terdiri dari 1 kamar, ruang tamu, dapur, dan toilet.
Untuk kehidupan sehari-hari, nenek yang tinggal sebatang kara ini bekerja serabutan. Pendapatannya Rp 3.000-10.000 per hari.